Kamis, 26 April 2012

Just LaFa


Dialog ini adalah awal aku bertemu dan mengenal sosok seorang teman karib yang punya sifat sangat pemalu...  
 
La  Apa sie yang disebut sebagai sahabat ? 

Fa :   Ia, pasti semua tau La... Gini loh, mau, teman kita cewe atau cowo, pasti dia ingin jadi sahabat kita disaat kita punya segalanya, Sahabat juga ga selalu manis, tapi pahit di hadapi bersama, tapi lebih ke arah sharing, sahabat pada akhirnya klo di jalin pria and wanita tidak menutup kemungkinan bisa jadi pacar, mungkin juga tidak, nah, sahabat itu bisa jadi  musuh yang terbaik untuk kita, pasti La tau maksudnya?

La  :   owh….Boleh ga kita egois sama diri kita sendiri demi orang yang kita sayang? Menurut kamu, lebih pilih mana komitnen untuk fokus jalanin study  atau korbanin perasaan sayang itu?

Fa :    Ia ga bisa gitu dunk kalo kita egois, tapi mengorbankan perasaan kita, cinta itu slg memiliki Fa rasa kuliah sambil pacaran untuk spirit adj, yaa, jelas-jelas kalo kita berkomitmen kita selalu main perasaan ga mungkin dengan ego..          

La ;    gantian Tanya atuh… La terus yang tanya?

Fa :    tanya apa ya? Fa mah pemalu La?

La ;  Jiaaah… kenapa mesti pemalu? pemalu itu ga ekspresif,, hanya bisa dinikmatin diri sendiri, ga bisa dinikmati orang lain? Mgkn Fa punya bakat tertentu. Jadi bisa menunjukkan bahwa Fa itu ada?

Fa :    ga tau, Fa mah pemalu bgd La, tapi lebih kearah segan dengan orang lain.

La ;    loh koq segan.. ntar dibilang sombong loh? Pdhl kaloo bisa mengurangi rasa segan itu akan timbul prasangka baik loh…oh.. ternyata Fa tuh seperti ini orang nya? trus bisa saling tuker info ? share gtu?

Fa ;    Tuker info antara siapa? La dan Fa,??? Fa mah seneng atuh ada teman sharing.

La ;  ya antar siapa adj.. semua orang… so.. jangan terlalu segan ma oranglain… apalagi di.lingkungan kampus.. Teman La yang baru ikut  acara ke Bandung kemarin bilang, ternyata Fa orang na asyik ya? Itu krn Fa mau open dan ga segan m qt.

Fa ; La… ntar La juga akan ngerasain dech yang bener2 teman kalo udah masuk semester2 atas. Masalah di lingkungan kampus kita Fa mah tau, La skrg dg teman2 pada ngumpul , bercanda dan belajar bareng, nti bakal ngerasain kalo kita disakitin sama teman sendiri. Ia itu lumrah sie, Fa klo dah kenal bisa lebih akrab kok La,

La ;    mank anak2 kampus pada kenapa ci ya, belom juga tingkat atas, baru tingkat 2 adj udah ada yang mongin ga enakin , tapi La mah coba unuk introspeksi diri.. ada saran untuk menghadapi lingkungan seperti itu?

Fa : iya sich, sebenarnya kita nilai diri kita sendiri dulu, apa ya La intinya La fokus adja dengan tujuan dan cita2 La , mereka ya mereka, kita ya inilah kita dengan kelebihan dan kekurangan yang kita punya,

La:     okzt… semuanya akan tambah indah klo kita jadi diri sendiri, bukan orang lain, dengan La, teman2 tingkat  bawah  Fa ga usah segan lagi, kita mah asyik adj,,, Tanks banged udah mau share m La.. Jujur ya, La pikir Fa tuh orang nya sombong, tapi pas udah tau, seru juga, Malah La sempet bete, kenapa cie kok La malah jd yang lebih tuwir.. pas la tau Fa lahir bulan november... Huhf..

Fa ;    Iya Fa tau kok, temen-temen La asyik2 

La : ya iyalah , orang La yang jadi provokatornya. Yahh.. udah mlam nie, tidur duluan ya, Man gotta do what man gotta do.. Fa pasti lebih paham, Nice dream, good nite.

Fa  ; Iya,, met malam, n met istirahat La 

Fa sudah Lulus dari Kampus bulan November Lalu, 
Dan sekarang aku yang sedang berusaha meLulusKan diri dari kampus... 
Tapi kita masih suka komunikasi...
Do'a untuk La : semoga cepat LuLus ya... 
Do'a untuk Fa : semoga Fa menjadi lebih berani dalam menghadapi hidup...
Amin..

UJI EFEKTIVITAS KOMBINASI EKSTRAK DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) dan DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) SEBAGAI ANTI ASAM URAT PADA TIKUS Sprague-Dawley JANTAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
       Asam urat telah dikenal sejak abad ke-5 Sebelum Masehi sebagai penyakit raja-raja dikarenakan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang lezat. Namun sekarang asam urat dapat menyerang siapa saja dari yang muda sampai yang tua. Di Indonesia, penyakit asam urat diderita pada usia yang lebih dini dibanding negara-negara barat dan 32 persen terjadi pada pria di bawah usia 34 tahun (Bangun, 2010).
       Asam urat diproduksi sendiri oleh tubuh sehingga keberadaannya dalam tubuh adalah sesuatu yang normal. Umumnya asam urat berada dalam darah dan urin. Kadar asam urat bisa menjadi sangat tinggi jika produksinya berlebihan, ekskresinya berkurang, atau diet kaya purin yang berlebihan. Asam urat yang tinggi dalam darah bisa menimbulkan penyakit gout (Depkes, 2006 dalam Kusni, 2010). Gout adalah radang sendi terlokalisasi yang sangat nyeri terutama di ibu jari tangan dan kaki. Penyakit ini seringkali diawali dengan hiperurisemia yang selanjutnya mendorong terbentuknya kristal jarum asam urat di persendian (Heinrich et al, 2009). Adanya kristal jarum asam urat akan menyebabkan inflamasi atau peradangan yang cukup serius dan menimbulkan rasa tidak nyaman pada penderitanya. Hiperurisemia merupakan keadaan dimana kadar asam urat di dalam serum darah tinggi dan dapat menimbulkan berbagai penyakit maupun gangguan pada organ, antara lain arthritis gout, tofi, gangguan fungsi hati dan batu ginjal (Anies, 2006). 
       Terapi simptomatis untuk penderita gout yang umum digunakan adalah obat golongan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drug’s) seperti kolkisin, fenilbutazon, alopurinol dan sulfinpirazon. Akan tetapi efek samping dari pemakaian obat sintesis sangat merugikan, seperti timbulnya reaksi berupa hipersensitif, reaksi kulit, gangguan saluran cerna dan gangguan darah (Wilmana dan Gan, 2007). Obat tradisional Indonesia berupa daun alpukat dan daun salam dapat menjadi pilihan untuk solusi pengobatan penderita gout.
       Daun alpukat (Persea americana Mill.) secara tradisional digunakan sebagai obat herbal untuk mengatasi penyakit seperti diabetes mellitus, batu ginjal dan penyakit persendian seperti gout dan rematik. Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan Maryati dkk, (2007) menunjukkan bahwa di dalam ekstrak daun alpukat terdapat golongan senyawa flavonoid, tanin katekat, kuinon, saponin, dan steroid/triterpenoid. Berdasarkan penelitian Adeyemi et al, (2002) ekstrak air daun alpukat menunjukkan efek analgesik dan anti-inflamasi pada tikus udema yang diinduksi oleh karagenin, dan hasil penelitian Guevara et al, (2004) yang menyatakan bahwa ekstrak etanol daun alpukat dapat mengurangi peradangan sebesar 75,6 % pada dosis 3 g/kgBB. Mengingat peradangan merupakan suatu gejala patologis dari penyakit persendian maka daun alpukat menjadi alternatif pengobatan gout.
       Daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) selain digunakan sebagai bahan rempah-rempah ternyata memiliki khasiat sebagai obat. Daun salam mengandung tanin, flavonoid dan minyak atsiri berupa sitrat dan eugenol. (Utami, 2003). Pemberian ekstrak etanol daun salam pada dosis 420 mg/kgBB mampu menurunkan kadar asam urat dalam serum darah mencit putih jantan yang hasilnya setara dengan alopurinol dosis 10 mg/kg BB (Ma’rufah 2007 dalam Wahyu 2008). Senyawa yang diduga bekerja dalam menurunkan kadar asam urat adalah flavonoid, karena senyawa golongan polifenol seperti flavonoid mengandung antioksidan. Hasil pengujian yang dilakukan Wijaya et al, (2011) pada tiga tanaman Indonesia salah satunya adalah daun salam menyatakan bahwa pada konsentrasi 100 ppm, daun salam memiliki konsentrasi hambat (IC50) sebesar 83 % terhadap DPPH (1,1-difenil-2-picrylhydrazyl) yang dibandingkan dengan kontrol positif yakni vitamin C dengan aktivitas sebesar 95 %.
       Antioksidan menunjukkan berbagai aktivitas farmakologis seperti antikanker, anti-inflamasi, aterosklerotik, antiosteoporosis, dan antivirus. Berbagai flavonoid yang ditemukan secara alami dalam buah-buahan, sayuran dan beberapa minuman, telah ditunjukkan untuk mengerahkan efek antioksidan melalui sejumlah mekanisme yang berbeda. Pada Penelitian yang dilakukan Chen et al, (2009) terhadap 27 tanaman menunjukkan salahsatu mekanismenya adalah dalam menghambat aktivitas xantine oksidase. Dalam keadaan normal, xantine oksidase mengkatalisis reaksi hipoxantine menjadi xantine dan selanjutnya xantine diubah menjadi asam urat. Namun bila kadar asam urat berlebih di dalam darah, maka xantin oksidase harus dihambat agar tidak terbentuk asam urat. Sehingga xantine oxidase tidak dapat bereaksi dengan molekul oksigen, maka tidak dapat melepaskan radikal bebas superoksida. Menurut Nijveldt et al, (2001) kegiatan menghambat xantin oksidase ini akan menurunkan cedera oksidatif.
       Daun alpukat dan daun salam yang digunakan oleh masyarakat diindikasikan sebagai obat penurun kadar asam urat, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian eksperimental untuk mengetahui pengaruh, efektivitas dan keamanan dari kedua tanaman tersebut. Pengujian efektivitas kombinasi daun alpukat dan daun salam dalam menurunkan kadar asam urat akan dilihat melalui pemberian ekstrak secara oral pada tikus putih jantan hiperurisemia. Metode yang digunakan untuk mengukur kadar asam urat pada serum tikus jantan adalah metode enzimatis spektrofotometri, karena metode ini telah terbukti memberikan hasil yang akurat dalam pengukuran kadar asam urat.

1.2  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas kombinasi ekstrak daun alpukat (Persea Americana Mill.) dan daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) terhadap penurunan kadar asam urat pada tikus Sprague-Dawley Jantan.

1.3  Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada salahsatu dosis kombinasi ekstrak daun alpukat dan daun salam yang paling efektif dalam menurunkan kadar asam urat pada tikus Sprague-Dawley Jantan.

Rabu, 25 April 2012

Sepenggal Cerita Untuk Marry


Suatu pagi di sekolah, Carrol bergegas menuju kelas dan berlari kesana kemari sambil membawa handuk beruangnya. Beberapa hari sebelum liburan tiba,Carrol bercerita banyak dengan Marry. Dengan langkah centilnya Carrol menuju bangku Marry yang tepat ada disebelah bangkunya.
            "Mar,gw gak tau mesti gimana untuk ngilangin rasa gw ke Deva, sedangkan setiap hari gw ketemu dia,gw bareng dia bahkan duduk dibangku samping depan gw. Gw nyaris pengen bunuh diri karena dia. Tapi gw berfikir. Gw tau gw pasti biasa lupain dia. Tiap-tiap hari gw diisi dengan tangisan karenanya. Coba dong, Mar,gw bingung mesti ngapain?" cerita Carrol dengan air mata menetes deras.
            "Sabar ya Car, saran gw lo mesti ikhlas lepas semua. Pikirin diri lo dulu,terutama usus buntu lo ini. Gw tau itu lama prosesnya,tapi jangan korbanin diri lo kaya gini jangan sakitin diri lo sejauh ini. Inget,Car,Tuhan Maha Tahu dibandingkan lo. Masih banyak cara buat mencintai dan menyayangi," saran Marry kepada Carrol sambil mengusap-usap pundaknya.

Cerita di atas merupakan karya Sahabatku yang sangat fenomenal,
Sepengal Cerita dari Carrol untuk Marry...
Semoga akan ada cerita selanjutnya untuk Marry...

Cerita untuk Carrol dari Marry sedang dalam proses..
Semoga cepat terselesaikan...


Marry_Carrol...

TEKNOLOGI PENYIAPAN SIMPLISIA TERSTANDAR TANAMAN OBAT


Panen merupakan salah satu  rangkaian tahapan dalam proses budidaya tanaman obat. Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen merupakan periode kritis yang sangat menen-tukan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Oleh karena itu waktu, cara panen dan penanganan tanaman yang tepat dan benar merupakan faktor penentu  kua-litas dan kuantitas.  Setiap jenis tanaman memiliki waktu dan  cara panen yang berbeda.  Tanaman yang dipanen buahnya memiliki waktu dan cara panen yang berbeda dengan tanaman yang dipanen berupa biji, rimpang, daun, kulit dan batang. Begitu juga tanaman yang mengalami stres lingkungan akan memiliki waktu panen yang ber-beda meskipun jenis tanamannya sama.  Berikut ini diuraikan saat panen yang tepat untuk beberapa jenis tanaman obat.
Biji. Panen tidak bisa dilakukan secara serentak karena perbedaan waktu pematangan dari buah atau polong yang berbeda. Pemanenan biji di-lakukan pada saat biji telah masak fisiologis. Fase ini ditandai dengan sudah maksimalnya pertumbuhan buah atau polong dan biji yang di dalamnya telah terbentuk dengan sempurna. Kulit buah atau polong mengalami perubahan warna misalnya kulit polong yang semula warna hijau kini berubah menjadi agak kekuningan dan mulai mengering. Pemanenan biji pada tanaman se-musim yang sifatnya determinate dilakukan secara serentak pada suatu luasan tertentu. Pemanenan dilaku-kan setelah 60% kulit polong atau kulit biji sudah mulai mongering. Hal ini berbeda dengan tanaman se-musim indeterminate dan tahunan, yang umumnya dipanen secara ber-kala berdasarkan pemasakan dari biji/polong. 
Buah. Buah harus dipanen setelah masak fisiologis dengan cara me-metik.  Pemanenan sebelum masak fisiologis akan menghasilkan buah dengan kualitas yang rendah dan kuantitasnya berkurang.  Buah yang dipanen pada saat masih muda, seperti  buah  mengkudu, jeruk nipis, jambu biji dan buah ceplukan akan memiliki rasa yang tidak enak dan aromanya kurang sedap. Begitu pula halnya dengan pemanenan yang terlambat akan menyebabkan pe-nurunan kualitas karena akan terjadi perombakan bahan aktif yang ter-dapat di dalamnya menjadi zat lain.  Selain itu tekstur buah menjadi lembek dan buah menjadi lebih cepat busuk.
Daun. Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh maksimal dan sudah memasuki periode matang fisiologis dan dilakukan dengan memangkas tanaman.  Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan pisau yang bersih atau gunting stek. Pemanenan yang terlalu cepat  menyebabkan hasil produksi yang diperoleh rendah dan kandungan bahan bahan aktifnya juga rendah, seperti tanaman jati belanda dapat dipanen pada umur 1 - 1,5 tahun, jambu biji pada umur 6 - 7 bulan, cincau 3 - 4 bulan dan lidah buaya pada umur 12 - 18 bulan setelah tanam. Demikian juga dengan pe-manenan yang terlambat menyebab-kan daun mengalami penuaan (se-nescence) sehingga mutunya rendah karena bahan aktifnya sudah ter-degradasi. Pada beberapa tanaman pemanenan yang terlambat akan mempersulit proses panen. 
Rimpang. Untuk jenis rimpang waktu pe-manenan bervariasi tergantung peng-gunaan.  Tetapi  pada umumnya pe-manenan dilakukan pada saat tanam-an berumur 8 - 10 bulan.  Seperti rimpang jahe, untuk  kebutuhan eks-por dalam bentuk segar jahe dipanen pada umur 8 - 9 bulan setelah tanam, sedangkan untuk bibit 10 - 12 bulan.  Selanjutnya untuk keperluan pem-buatan jahe asinan, jahe awetan dan permen dipanen pada umur 4 - 6 bulan karena pada umur tersebut serat dan pati belum terlalu tinggi. Sebagai bahan obat, rimpang di-panen setelah tua yaitu umur 9 - 12 bulan setelah tanam. Untuk temu-lawak pemanenan rimpang dilaku-kan setelah tanaman berumur 10 - 12 bulan. Temulawak yang dipanen pada umur tersebut menghasilkan kadar minyak atsiri dan kurkumin yang tinggi. Penanaman rimpang dilakukan pada saat awal musim hujan dan dipanen pada pertengahan musim kemarau. Saat panen yang tepat ditandai dengan mulai menge-ringnya bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah (daun dan batang semu), misalnya kunyit, temulawak, jahe, dan kencur.
Bunga. Bunga digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik dalam bentuk segar maupun kering.  Bunga yang digunakan dalam bentuk segar, pemanenan dilakukan pada saat bunga kuncup atau setelah per-tumbuhannya maksimal. Berbeda  dengan bunga yang digunakan dalam bentuk kering, pemanenan dilakukan pada saat bunga sedang mekar.  Seperti bunga piretrum, bunga yang dipanen dalam keadaan masih kuncup  menghasilkan kadar piretrin yang lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang sudah mekar.
Kayu. Pemanenan kayu dilakukan setelah pada kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder secara maksimal.  Umur panen tanaman berbeda-beda tergantung jenis tanaman dan ke-cepatan pembentukan metabolit sekundernya. Tanaman secang baru dapat dipanen setelah berumur 4 sampai 5 tahun, karena apabila dipanen terlalu muda kandungan zat aktifnya seperti tanin dan sappan masih relatif sedikit.
Herba. Pada beberapa tanaman semusim, waktu panen yang tepat adalah pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman sudah maksimal dan akan memasuki fase generatif atau dengan kata lain pemanenan dilakukan sebelum ta-naman berbunga. Pemanenan yang dilakukan terlalu awal mengakibat-kan produksi tanaman yang kita dapatkan rendah dan kandungan bahan aktifnya juga rendah.  Sedang-kan jika pemanenan terlambat akan menghasilkan mutu rendah karena jumlah daun berkurang, dan batang tanaman sudah berkayu.  Contohnya tanaman sambiloto sebaiknya di-panen pada umur 3 - 4 bulan, pegagan  pada umur 2 - 3 bulan setelah tanam, meniran pada umur kurang lebih 3,5 bulan atau sebelum berbunga dan tanaman ceplukan dipanen setelah umur 1 - 1,5 bulan atau segera setelah timbul kuncup bunga, terbentuk.
Cara Panen
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang diguna-kan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan.  Seperti rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau cangkul.  Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau dipisahkan.  Penempatan dalam wadah (keran-jang, kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk.  Bahan juga harus dijaga dari gang-guan hama (hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).
Penanganan Pasca Panen
Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya.  Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut.  Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan.  Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi  sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Secara umum faktor-faktor dalam penanganan pasca panen yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
Penyortiran (segar)
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil.  Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan.
Pencucian
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera di-lakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur atau  PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.  Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi. Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
a. Perendaman bertingkat
Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll.  Proses perendaman  dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman pertama air cuciannya mengandung kotoran paling banyak.  Saat perendaman kotoran-kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan.  Metoda ini akan menghemat peng-gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang terkandung dalam bahan.
b. Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain.  Proses penyemprotan dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih me-nyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini biasanya meng-gunakan air yang cukup banyak, namun dapat mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam bahan.
c. Penyikatan (manual maupun oto-matis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang keras/tidak lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat.  Pencucian ini memakai alat bantu sikat yang di- gunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini perlu diper-hatikan kebersihan dari sikat yang digunakan. Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya.  Pem-bilasan dilakukan pada bahan yang sudah disikat. Metode pencuci-an ini dapat menghasilkan bahan yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian lainnya, namun meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga merangsang tumbuhnya bakteri atau mikro-organisme.
Penirisan/pengeringan
Setelah pencucian, bahan lang-sung ditiriskan di rak-rak pengering. Khusus untuk bahan rimpang pen-jemuran dilakukan  selama 4 - 6 hari. Selesai pengeringan dilakukan kem-bali penyortiran apabila bahan lang-sung digunakan dalam bentuk segar sesuai dengan permintaan. Contoh-nya untuk rimpang jahe, perlu dilakukan penyortiran sesuai standar perdagangan, karena mutu bahan menentukan harga jual. Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar dikategorikan sebagai berikut :
  • Mutu I : bobot 250 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak me-ngandung benda asing dan tidak berjamur.
  • Mutu II : bobot 150 - 249 g/rim-pang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur.
  • Mutu III : bobot sesuai hasil analisis, kulit yang terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 3%, kapang mak-simum 10%.
Untuk ekspor jahe dalam bentuk asinan jahe, dipanen pada  umur 3 - 4 bulan, karena pada umur tersebut serat dan pati jahe masih sedikit.  Mutu jahe yang diinginkan adalah bobot 60 - 80 g/rimpang. Selesai penyortiran bahan langsung dikemas dengan menggunakan jala plastik atau sesuai dengan permintaan.  Di samping dijual dalam bentuk segar, rimpang juga dapat dijual dalam bentuk kering yaitu simplisia yang dikeringkan.
Perajangan
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan.  Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain.  Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif  yang terkandung dalam bahan.  Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran  dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.
Ketebalan perajangan untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 - 8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 - 5 mm.  Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang.  Bentuk irisan split atau slice tergantung tujuan pemakaian.  Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice).
Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat terhambat.  Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu diperhati-kan.  Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan.  Pada umumnya suhu pengeringan  adalah antara 40 - 600C dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%.  Demikian pula de-ngan waktu pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga.  Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan mengguna-kan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.
Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat dilakukan de-ngan menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada suhu 30 - 500C.  Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga mutunya dapat menurun. Untuk irisan rim-pang jahe dapat dikeringkan meng-gunakan alat pengering energi surya, dimana  suhu pengering dalam ruang pengering berkisar antara 36 - 450C dengan tingkat kelembaban 32,8 - 53,3% menghasilkan kadar minyak atsiri lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan matahari lang-sung maupun oven.  Untuk irisan temulawak yang dikeringkan dengan sinar matahari langsung, sebelum dikeringkan terlebih dulu irisan rimpang direndam dalam larutan asam sitrat 3% selama 3 jam. Selesai peren-aman irisan dicuci kembali sampai bersih, ditiriskan kemudian  dijemur dipanas matahari. Tujuan dari perendaman adalah untuk mencegah terjadinya degradasi kur-kuminoid pada simplisia pada saat penjemuran juga mencegah peng-uapan minyak atsiri yang berlebihan. Dari hasil analisis diperoleh kadar minyak atsirinya 13,18% dan kur-kumin 1,89%. Di samping meng-gunakan sinar matahari langsung, penjemuran juga dapat dilakukan dengan menggunakan blower pada suhu 40 - 500C.  Kelebihan dari alat ini adalah waktu  penjemuran lebih singkat yaitu sekitar 8 jam, di-bandingkan dengan sinar matahari membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu. Pelain kedua jenis pengeri-ng tersebut juga terdapat alat pengering fresh dryer, dimana suhunya hampir sama dengan suhu ruang, tempat tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari alat ter-sebut waktu pengeringan selama 3 hari. Untuk daun  atau herba, penge-ringan dapat dilakukan dengan me-nggunakan sinar matahari di dalam tampah yang ditutup dengan kain hitam, menggunakan alat pengering fresh dryer atau cukup dikering-anginkan saja.
Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa enzi-matis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi.  Ciri-ciri waktu pengering-an sudah berakhir apabila daun atau-pun temu-temuan sudah dapat di-patahkan dengan mudah. Pada umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air ± 8 - 10%.  Dengan jumlah kadar air tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan mau-pun waktu penyimpanan.
Penyortiran (kering).
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing lainnya.  Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.
Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-keringkan.  Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung goni. Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit pena-nganan, dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.
Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.
Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan  di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan ber-ventilasi.  Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman obat (Berlinda dkk, 1998). Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama penyimpanan 3 - 6 bulan.  Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah :
  •  Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
  •  Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-mungkinan masuk air hujan.
  • Suhu gudang tidak melebihi 300C.
  • Kelembabab udara sebaiknya di-usahakan serendah mungkin (650 C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme se-hingga menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun kering.
  • Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia harus dicegah.
  •  Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-makan simplisia yang disimpan harus dicegah.

(Sumber: Bagem Sembiring, Warta Puslitbangbun Vol.13 No. 2, Agustus 2007)