i miss when u look at me..
i miss when u beside me..
now, we are so far..
Absorpsi senyawa positif dari setiap pengalaman DistribusikanLah keseluruh laku perbuatan Metabolismekan dengan Re_akSi dan Re_aKtif EkspresiKan LewaT Karya
Senin, 12 November 2012
Rabu, 07 November 2012
INPEPSA suspensi
Komposisi : Sukralfat
Indikasi : Tukak duodenum dan tukak
lambung, gastristis kronik.
Dosis : Dewasa 2 sdt 4.x/hr
Pemberian
Obat : Berikan pada saat perut
kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dan menjelang tidur malam hari
Perhatian : Gagal ginjal kronik,
pasien dialisis, hamil, laktasi, dan anak
Efek Samping
: Konstipasi,
mulut kering
Interaksi
Obat : Menurunkan absorpsi
simetidin, siprofloksasin, digoksin, ketokonazol, narfloksasin, fenitoin,
ranitidin, tetrasiklin, dan teofilin
Kemasan dan
Harga : 500mg/5mL x 100 mL x1
(Rp.43.000,-) 200mLx1 (Rp.67.000,-)
Pabrik : Fahrenheit
Pabrik : Fahrenheit
US FDA Preg
Cat : B
Sinonim :
Alumane; 3,4,5-trisulfooxy-2-(sulfooxymethyl)-6-[3,4,5-
trisulfooxy-2-(sulfooxymethyl)
oxolan-2-y1] oxy-oxane; icosahydrate.
Formula Kimia :
C11H87Al9O55S8
Massa Molekul :
1599.14 g/mol.
Bioavailabilitas :
3-5% (bekerja secara lokal).
Metabolisme :
Gastrointestinal dan hati.
Waktu Paruh :
Tidak diketahui.
Ekskresi :
Feces dan urine
Sukralfat adalah obat oral gastrointestinal pertama
yang diindikasikan untuk mengobati duodenal ulcer aktif. Sukralfat juga
digunakan untuk mengobati Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) dan
stress ulcer. Sukralfat adalah sucrose sulfate-aluminum complex atau
disebut juga garam aluminium dari sukrose sulfat yang mengikat asam hydrochloric
di dalam lambung dan bekerja seperti buffer asam dengan sifat
sitoprotektif.
Farmakologi Sukralfat
Sukralfat adalah sitoprotektor atau mukoprotektor yang
melindungi ulkus terhadap difusi asam, pepsin dan garam empedu (proteksi
lokal). Sukralfat mempunyai efek sitoproteksi pada mukosa lambung melalui 2
mekanisme yang terpisah, yakni (a) melalui pembentukan prostaglandin endogen
dan (b) efek langsung meningkatkan sekresi mukus (Setiawati 1992).
Percobaan laboratorium dan klinis menunjukan bahwa
sukralfat menyembuhkan tukak dengan 3 cara, yaitu (1) membentuk kompleks
kimiawi yang terikat pada pusat ulkus sehingga merupakan lapisan pelindung; (2)
menghambat aksi asam pepsin dan garam empedu; dan (3) menghambat difusi asam
lambung. Penelitian menunjukan bahwa sukralfat dapat berada dalam jangka waktu
lama dalam saluran cerna sehingga menghasilkan efek obat yang panjang.
Sukralfat sangat sedikit terabsorbsi di saluran cerna
sehingga menghasilkan efek samping sistemik yang minimal, kebanyakan bersifat asymtomatis.
Toksisitas akut (LD50) aplikasi secara oral pada mencit adalah lebih dari 8000
mg/kg. Cara kerja sukralfat adalah dengan membentuk selaput pelindung di dasar
ulkus untuk mempercepat persembuhan
Mekanisme Kerja Sukralfat
Sukralfat adalah substansi yang bekerja lokal pada
lingkungan asam yang memiliki konsistensi
kental seperti bahan perekat yang mampu bereaksi sebagai buffer asam untuk
waktu yang lama, yaitu 6-8 jam setelah dosis tunggal. Sukralfat mengikat protein
(albumin dan fibrinogen) pada permukaan ulkus dengan stabil dan tidak dapat
dipecahkan atau tahan terhadap hidrolisis pepsin. Perlindungan fisik atau
kompleks itu besifat melindungi permukaan ulkus dan mencegah kerusakan lebih
lanjut oleh asam, pepsin dan empedu. Kemungkinan sukralfat juga mencegah
kembalinya difusi ion hidrogen, penyerapan pepsin dan asam empedu, dan dapat
menstimulasi peningkatan protaglandin E2, epidermal growth factors (EGF), fibroblast
growth factor dan mukus lambung.
Penggunaan Sukralfat
Sukralfat digunakan untuk pengobatan jangka pendek
(sampai 8 minggu) pada ulkus duodenum aktif. Sukralfat (4 x 1 g sehari pada
perut kosong) efektif untuk mengurangi kerusakan mukosa lambung (ulcus
peptikum) dan gejala-gejala saluran cerna akibat penggunaan OAINS. Pada hewan
kemungkinan sukralfat dapat mencegah terjadinya ulcer akibat AAS atau OAINS
lainnya.
Efek Samping Umum Sukralfat
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan
sukralfat antara lain konstipasi, mulut terasa kering (Xerostomia),
diare, mual, muntah, tidak nyaman di perut, kembung (Flatulentsi),
pruritus, rash, mengantuk, nyeri pada bagian belakang, hypophosphatemia dan
sakit kepala atau Cephalalgia. Sukralfat menyebabkan konstipasi ringan
pada 2-10 % penderita karena mengandung aluminium, dan dapat menimbulkan
toksisitas aluminium pada penderita gagal ginjal. Kerugiannya yang utama adalah
cara pemberiannya; biasanya 4 kali sehari, terutama pada ulkus lambung, serta
tidak diberikan bersama antasida ataupun makanan. Pada penggunaan jangka panjang
alumunium dalam sukralfat dapat terakumulasi dalam otak dan tulang; penyebab kelemahan
tulang.
TUKAK PEPTIKUM
Ketidakseimbangan
antara faktor-faktor agresif (asam dan pepsin) dan faktor-faktor defensif
(resistensi mukosa) pada mukosa lambung-duodenum menyebabkan terjadinya
gastritis, duodenitis, ulkus lambung dan ulkus duodenum. Tukak kronis disebut
pula ulcus
peptikum, karena
berhubungan dengan ”peptic juice”, yaitu asam lambung. Istilah tukak peptik mencakup
tukak duodenum dan tukak di lambung.
Tukak
Duodenum
Tukak duodenum merupakan suatu penyakit yang kronis dan sering kambuh.
Sekitar 60% tukak duodenum yang telah sembuh, kumat kembali dalam waktu 1 tahun
dan 80-90% kambuh dalam waktu 2 tahun.
Etiologi dan patogenesis
Meskipun dewasa ini telah banyak diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya tukak duodenum, namun patogenesis penyakit ini belum
diketahui seluruhnya. Sekresi asam lambung bertanggung jawab atas timbulnya
tukak duodenum, namun faktor-faktor yang menyebabkan individu peka terhadap ulserasi
duodenum masih belum diketahui. Timbulnya tukak duodenum dianggap sebagai
akibat ketidakseimbangan antara sekresi asam lambung pepsin dengan resistensi
mukosa lambung atau duodenum.
Gambaran
Klinis
Gejala tukak duodenum yang paling sering adalah nyeri didaerah epigastrium.
Rasa nyeri ini sering kali diutarakan seperti terbakar atau perih, namun
kemungkinan batasnya tidak jelas, perasaan tertekan atau penuh di perut atau
sebagai sensasi lapar. Sekitar 10% penderita mengeluh rasa nyeri disebelah
kanan dan pertengahan epigastrum. Rasa nyeri khas terjadi antara 90 menit
sampai 3 jam setelah makan. Akibat rasa nyeri ini, penderita sering terbangun
pada malam hari. Rasa nyeri biasanya menghilang dalam waktu beberapa menit
setelah makan atau minum antasida.
Tukak
Lambung
Sekitar 55% tukak lambung terjadi pada laki-laki. Secara khas, tukak
lambung dalam dan meluas sampai di sebelah atas mukosa lambung. Hampir semua
tukak lambung jinak terletak di antrum, pada suatu zona tepat disebelah distal
dari sambungan mukosa antrum dengan mukosa korpus ventrikuli yang mensekresi
asam. Lokasi sambungan ini bermacam-macam, terutama pada kurvatura minor
lambung. Tukak lambung jarang terjadi pada kurvatura mayor lambung. tukak
lambung hampir selalu disertai gastritis dan berbagai atrofi mukosa yang
mengenai antrum.
Etiologi dan patogenesis
Asam pepsin tampaknya memegang peranan penting dalam patogenesis tukak
lambung. Sekitar 10% sampai 20% penderitatukak lambung juga menderita tukak duodenum.
Penderita dengan kedua jenis tukak tersebut mempunyai pola sekresi asam seperti
penderita tukak duodenum.
Patogenesis tukak lambung dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebagian besar
penelitian menunjukkan bahwa resistensi mukosa lambung dan atau trauma mukosa
lambung merupakan faktor yang paling renting. Kadar gastrin serum
meningkat pada beberapa penderita tukak lambung, namun peningkatan ini terbatas
pada penderita hiposekresi asam lambung. Juga dijumpai keterlambatan
pengosongan lambung. Diperkirakan bahwa regurgitasi isi duodenum, terutama yang
mengandung empedu, dapatmencetuskan trauma mukosa lambung dan kemudian
berlanjutdengan ulserasi lambung
Gambaran klinis
Seperti pada tukak duodenum, gejala yang paling sering dijumpai pada tukak
lambung adalah nyeri di daerah epigastrium.
Rasa nyeri ini dapat menyerupai tukak duodenum, namun beberapa
penderita tukak lambung mengalami rasa nyeri yangtidak menghilang dengan pemberian makanan dan bahkan dapat dicetuskan
atau diperberat dengan pemberian makanan
Gastritis
Gastritis
merupakan suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan
memiliki 2 jenis keadaan, yaitu gastritis akut dan kronis. Gastritis akut
ringan adalah inflamasi akut mukosa lambung dengan reaksi neutrofil pada lapis
superfisial mukosa yang sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan dan
sembuh sempurna. Terjadinya gastritis kronis bila adanya infiltrasi sel radang
pada lamina propria dan/epitelial terutama terdiri atas limfosit dan sel
plasma. Kehadiran neutrofil pada daerah tersebut menandakan peningkatan
aktivitas gastritis kronis.
Basuki. Triono. 2008. Efektifitas Sukralfat Dalam Menghambat Gastritis Akibat Penggunaan Asam
Asetil Salisilat Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus). Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor : Bogor.
Djuwantoro. Dwi. 1992.
Diagnosa dan Pengobatan Tukak Peptik. Cermin
Dunia Kedokteran. No. 79. Hal: 14-16.
Setiawati, Arini. 1992. Farmakologi dan Penggunaan Terapi Obat-obat
Sitoproteksi. Cermin Dunia Kedokteran. No. 79. Hal: 29-35.
MIMS. Edisi
11. 2011/2012. Inpepsa. Fahrenheit. Hal : 5
Jumat, 02 November 2012
CARA PENYIMPANAN OBAT
I.
PENDAHULUAN
Dalam upaya pengobatan suatu penyakit, biasanya
diberikan beberapa jenis obat yang saling berbeda baik bentuk sediaannya maupun
kemasannya. Hal ini selalu terjadi di masyarakat luas, maka perlu dipikirkan
cara menyimpan obat. Bila cara penyimpanan obat tidak memenuhi persyaratan cara
menyimpan obat yang benar, maka akan terjadi perubahan sifat obat, sampai
terjadi kerusakan obat.
Selain itu, sebagian dari kasus keracunan
obat disebabkan karena cara penyimpanan obat yang salah. Menyimpan obat dengan
benar dapat menjamin keamanan pemakaian obat-obatan tersebut. Penyimpanan obat
dengan cara yang benar membantu menjaga kondisi obat tetap dalam keadaan yang
baik atau tidak rusak. Selain itu, juga dapat menghindarkan kesalahan
penggunaan obat oleh orang yang salah, misalnya anak-anak.
Kegiatan pengelolaan dan penggunaan obat
dimulai dari:
1. Pemilihan
jenis obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan
2. Perencanaan
untuk mengadakan obat dan alat kesehatan tersebut
dalam
jenis, jumlah, waktu dan tempat yang tepat
3. Pengadaan
berdasarkan pertimbangan dana yang tersedia dan skala prioritas
untuk pengadaan yang tepat
4. Penyimpanan
yang tepat sesuai dengan sifat masing-masing obat dan
alat
kesehatan
Penyimpanan
yang tepat dan sesuai dapat dipastikan bahwa mutu obat tersebut baik. Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan
perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk sediaan
dan jenisnya, suhu dan kestabilannya mudah tidaknya meledak/terbakar, dan
tahan/tidaknya terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
Penyimpanan
perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan sediaan farmasi di dalam ruang
penyimpanan dengan tujuan untuk:
1. Menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi
penyimpanan disesuaikan dengan sifat obat, misalnya dalam hal suhu dan
kelembaban.
2.
Memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun
berdasarkan abjad.
3. Memudahkan pengawasan persediaan/stok dan
barang kadaluarsa, yaitu
4. Disusun berdasarkan First In First
Out (FIFO) dan First Expired First
Out (FEFO)
5.
Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.
II.
CARA
PENYIMPANAN OBAT SECARA UMUM
Cara
penyimpanan obat yang secara umum perlu diketahui oleh masyarakat adalah
sebagai berikut :
a.
Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/
kemasan
b.
Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam
wadah tertutup rapat.
c.
Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar
matahari langsung.
d.
Jangan menyimpan obat di tempat panas atau
lembab.
e.
Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam
lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
f.
Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa
atau rusak.
g.
Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk
jangka waktu lama.
h.
Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
Peralatan penyimpanan obat secara umum
memerlukan :
1.
Lemari/rak yang rapi dan
terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan
2.
Lantai dilengkapi dengan palet
III.
CARA
PENYIMPANAN OBAT SECARA KHUSUS
Penyimpanan
obat yang secara khusus juga perlu diketahui oleh masyarakat adalah sebagai
berikut :
1.
Sediaan obat vagina dan ovula
Sediaan
obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan di lemari
es karena dalam suhu kamar akan mencair.
2.
Sediaan Aerosol / Spray
Sediaan
obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi karena
dapat menyebabkan ledakan.
Peralatan yang digunakan untuk
penyimpanan obat dengan kondisi khusus diantaranya :
1.
Lemari pendingin dan AC untuk
obat yang termolabil
2.
Fasilitas peralatan penyimpanan
dingin harus divalidasi secara berkala
3.
Lemari penyimpanan khusus untuk
narkotika dan obat psikotropika
4. Peralatan untuk penyimpanan
obat, penanganan dan pembuangan limbah sitotoksik dan obat berbahaya harus
dibuat secara khusus untuk menjamin keamanan petugas, pasien dan pengunjung
Beberapa
obat perlu disimpan pada kondisi dan tempat yang khusus untuk memudahkan
pengawasan, yaitu :
1. Obat
golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari khusus dan terkunci.
2. Obat-obat
seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari pendingin
untuk menjamin stabilitas sediaan.
3. Beberapa
cairan mudah terbakar seperti aseton, eter dan alkohol disimpan dalam lemari yang berventilasi baik,
jauh dari bahan yang mudah terbakar dan peralatan elektronik. Cairan
ini disimpan terpisah dari obat-obatan.
Syarat
ruang penyimpanan menurut Kepmenkes No.1197/Menkes/ SK/X/2004 adalah ruang
penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur sinar/cahaya,
kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan
petugas, kondisi khusus untuk ruang penyimpanan :
-
Obat termolabil
-
Alat kesehatan dengan suhu rendah
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional.. Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat
Kesehatan. Departemen Kesehatan R I. 2008. Materi Pelatihan
Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih
Obat bagi Tenaga
Kesehatan. http://binfar.depkes.go.id/
Di akses pada 24
Oktober 2012, 20.00WIB.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian
dan Alat
Kesehatan. Departemen Kesehatan R I. 2006. Pedoman Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas http://binfar.depkes.go.id/
Di akses pada 24
Oktober 2012, 18.00WIB.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Departemen
Kesehatan RI. 2006. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Di akses pada 24
Oktober 2012, 18.24 WIB.
Ratnadita Adhelia. 2011. Tips Menyimpan Obat yang
Benar dan Aman.
http://health.detik.com/
Di akses pada 24 Oktober 2012, 17.24
WIB.
ISO. Volume 46. 2011-2012. Ikatan
Apoteker Indonesia. Jakarta.
MIMS. Edisi 11. 2011-2012. Bhuana
Ilmu Populer. Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)