Tanaman Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)
Deskripsi dan
Morfologi Tanaman Salam (Syzygium
polyanthum (Wight)
Walp.)
Tanaman salam termasuk dalam family Myrtaseae, dengan nama spesies Syzygium polyanthum (Wight) Walp., merupakan pohon bertajuk rimbun, tinggi sampai 25
m. Daunnya bila diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elips, atau
bulat telur sungsang, pangkal lancip sedangkan ujung lancip sampai tumpul,
panjang 5-15 cm, lebar 35-36 mm, terdapat 6-10 urat daun lateral, pangkal daun
5-12 mm. Perbungaan berupa malai,
keluar dari ranting, berbau harum. Bila musim berbunga, pohon akan dipenuhi
bunga. Kelopak bunga berbentuk cangkir yang lebar, ukurannya lebih kurang 1 mm.
Mahkota bunga berwarna putih, panjang 2,5-3,5 mm, benang sari terbagi dalam 4
kelompok, panjang 3 mm, berwarna kuning lembayung. Buah buni berwarna merah
gelap, berbentuk bulat dengan garis tengah 8-9 mm, pada bagian tepi berakar
lembaga yang sangat pendek (Sudarsono dkk,
2002)
Ekologi
dan Penyebaran
Pohon salam tumbuh di Birma, ke arah
selatan sampai Indonesia. Di Pulau Jawa tumbuh di Jawa Barat sampai
Jawa Timur pada ketinggian 5-1.000 m di atas permukaan laut. Pohon salam dapat tumbuh di dataran rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian 1.800 m; banyak tumbuh di hutan maupun rimba
belantara (Dalimarta, 2000).
Kandungan
dan Khasiat
Pengujian fitokimia dilakukan untuk
memberikan informasi mengenai kandungan metabolit sekunder dari setiap tanaman
dan aktivitas fisiologis terhadap respon tubuh. Dari hasil pengujian
fitokimia yang dilakukan Wijaya et al,
(2011) daun salam mengandung alkaloid, karbohidrat, tannin, steroid,
triterpenoid, dan flavonoid.
Hampir seluruh bagian tanaman ini
bermanfaat, mulai dari buahnya yang dapat dikonsumsi, akar digunakan sebagai
obat gatal, kulit batang untuk obat nyeri dan bahan pewarna, daun dan kulit
kayu untuk obat diare, gatal, kencing manis dan untuk nyeri perut (Sudarsono dkk, 2002).
Penelitian aktivitas antioksidan yang
dilakukan Wijaya et al, (2011)
terhadap tiga tanaman Indonesia salah satunya adalah daun salam menyatakan
bahwa pada konsentrasi 100 ppm, daun salam memiliki konsentrasi hambat (IC50)
sebesar 83 % terhadap DPPH (1,1-difenil-2-picrylhydrazyl) yang
dibandingkan dengan kontrol positif yakni vitamin C dengan aktivitas sebesar 95
%. Kemudian penelitian Ma’rufah (2007) dalam
Wahyu (2008) menyatakan bahwa ekstrak etanol daun salam dosis 420 mg/kgBB mampu
menurunkan kadar asam urat dalam serum darah mencit putih jantan yang hasilnya
setara dengan alopurinol dosis 10 mg/kg BB. Senyawa yang diduga bekerja dalam
menurunkan kadar asam urat adalah flavonoid, karena senyawa golongan polifenol
seperti flavonoid mengandung antioksidan. Menurut Miller, (1996) flavonoid
mempunyai aktivitas antioksidan, vasodilatasi, sebagai antibakteri,
anti-inflamasi, anti-alergi, dan anti mutagenik.