Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.)
Deskripsi dan Morfologi Tanaman Alpukat (Persea
americana Mill.)
Alpukat (Persea americana Mill.) berasal dari
Amerika Tengah. Alpukat termasuk dalam family Lauraceae dengan genus Persea.
Kata Persea berasal dari bahasa
Yunani, artinya suatu pohon yang buahnya manis. Dalam perkembangan selanjutnya
nama alpukat menjadi beragam di berbagai negara dan daerah antara lain advocaat (Belanda), avocat (Prancis), ahuaca-te
atau aquacate (Spanyol), avocado (Inggris). Tanaman alpukat
diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke 18. Di Indonesia nama alpukat
mempunyai nama daerah antara lain : alpuket
atau alpukat (Jawa Barat), alpokat (Jawa Tengah dan Jawa Timur), apokat dan jambu wolanda (sebutan di lain-lain daerah). Tanaman ini berbentuk
pohon, dengan ketinggian pohon dapat mencapai 3–10 m. Daun banyak menumpuk di
ujung ranting, bentuk oval sampai lonjong, panjang 10-20 cm, lebar 3 cm. Bunga
tersusun malai, berwarna putih kekuningan. Buah berbentuk bola sampai bulat
telur, warna hijau atau hijau kekuningan, berbintik ungu. Biji satu berbentuk
bola berwarna coklat (Winarto dan Sidik, 2007).
Ekologi
dan Penyebaran
Negara-negara penghasil alpukat dalam
skala besar adalah Amerika (California, Hawaii, Florida), Australia, Cuba,
Argentina dan Afrika Selatan. Dari tahun ke tahun Amerika mempunyai kebun
alpukat yang terus meningkat. Di Indonesia alpukat masih menjadi tanaman
pekarangan, belum dibudidayakan dalam skala usaha tani. Daerah penghasil
alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan dan
Nusa Tenggara (Prihatman, 2000)
Tanaman alpukat tumbuh di daerah tropis dan
sub-tropis dengan curah hujan antara 1800-4500 mm per tahun. Tanaman ini cocok
hidup di daerah yang sejuk dan basah dengan ketinggian 1-1000m dpl (Winarto dan
Sidik, 2007)
Kandungan dan Khasiat
Kandungan dan Khasiat
Daun alpukat dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk peluruh air seni, dan pengobatan kencing batu (batu ginjal).
Daun alpukat memiliki kandungan berupa saponin, polifenol, flavonoid dan
alkaloid (Sudarsono dkk, 2002). Hasil
penapisan fitokimia ekstrak daun alpukat menunjukkan adanya golongan senyawa
flavonoid, tanin katekat, kuinon, saponin, dan steroid/triterpenoid (Maryati dkk, 2007).
Hasil pengujian farmakologi yang
dilakukan Yasir et al, 2010
menunjukkan bahwa ekstrak daun alpukat memiliki aktifitas vasorelaksan, hipotensi, antikonvulsan, antivirus,
antihepatotoksik, antioksidan, hipoglikemik, analgesik, dan anti-inflamasi.
Mengingat peradangan merupakan suatu gejala patologis dari penyakit persendian
seperti gout, maka daun alpukat menjadi alternatif pengobatan tradisional untuk
mengatasi gejala hiperurisemia. Pada penelitian Adeyemi et al, (2002) ekstrak air daun alpukat menunjukkan aktivitas
penghambatan peradangan sebesar 87,2% pada dosis 800 mg/kgBB ekstrak yang setara dengan morfin 2 mg/kgBB. Ekstrak air daun alpukat dengan dosis 800 mg/kg menghasilkan
penghambatan signifikan pada pembengkakan kaki tikus yang diinduksi oleh karagenan pada 3 jam
pasca pemberian. Efek ini mirip dengan yang
dihasilkan oleh indometasin dalam
durasi yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar