Senin, 04 Juni 2012

Alpukat (Persea americana Mill.)


Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.)
                         Deskripsi dan Morfologi Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.)
        Alpukat (Persea americana Mill.) berasal dari Amerika Tengah. Alpukat termasuk dalam family Lauraceae dengan genus Persea. Kata Persea berasal dari bahasa Yunani, artinya suatu pohon yang buahnya manis. Dalam perkembangan selanjutnya nama alpukat menjadi beragam di berbagai negara dan daerah antara lain advocaat (Belanda), avocat (Prancis), ahuaca-te atau aquacate (Spanyol), avocado (Inggris). Tanaman alpukat diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke 18. Di Indonesia nama alpukat mempunyai nama daerah antara lain : alpuket atau alpukat (Jawa Barat), alpokat (Jawa Tengah dan Jawa Timur), apokat dan jambu wolanda (sebutan di lain-lain daerah). Tanaman ini berbentuk pohon, dengan ketinggian pohon dapat mencapai 3–10 m. Daun banyak menumpuk di ujung ranting, bentuk oval sampai lonjong, panjang 10-20 cm, lebar 3 cm. Bunga tersusun malai, berwarna putih kekuningan. Buah berbentuk bola sampai bulat telur, warna hijau atau hijau kekuningan, berbintik ungu. Biji satu berbentuk bola berwarna coklat (Winarto dan Sidik, 2007).
          Ekologi dan Penyebaran
        Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar adalah Amerika (California, Hawaii, Florida), Australia, Cuba, Argentina dan Afrika Selatan. Dari tahun ke tahun Amerika mempunyai kebun alpukat yang terus meningkat. Di Indonesia alpukat masih menjadi tanaman pekarangan, belum dibudidayakan dalam skala usaha tani. Daerah penghasil alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara (Prihatman, 2000)
       Tanaman alpukat tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis dengan curah hujan antara 1800-4500 mm per tahun. Tanaman ini cocok hidup di daerah yang sejuk dan basah dengan ketinggian 1-1000m dpl (Winarto dan Sidik, 2007)

 Kandungan dan Khasiat       
       Daun alpukat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk peluruh air seni, dan pengobatan kencing batu (batu ginjal). Daun alpukat memiliki kandungan berupa saponin, polifenol, flavonoid dan alkaloid (Sudarsono dkk, 2002). Hasil penapisan fitokimia ekstrak daun alpukat menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, tanin katekat, kuinon, saponin, dan steroid/triterpenoid (Maryati dkk, 2007).
       Hasil pengujian farmakologi yang dilakukan Yasir et al, 2010 menunjukkan bahwa ekstrak daun alpukat memiliki aktifitas vasorelaksan,  hipotensi, antikonvulsan, antivirus, antihepatotoksik, antioksidan, hipoglikemik, analgesik, dan anti-inflamasi. Mengingat peradangan merupakan suatu gejala patologis dari penyakit persendian seperti gout, maka daun alpukat menjadi alternatif pengobatan tradisional untuk mengatasi gejala hiperurisemia. Pada penelitian Adeyemi et al, (2002) ekstrak air daun alpukat menunjukkan aktivitas penghambatan peradangan sebesar 87,2% pada dosis 800 mg/kgBB ekstrak yang setara dengan morfin 2 mg/kgBB. Ekstrak air daun alpukat dengan dosis 800 mg/kg menghasilkan penghambatan signifikan pada pembengkakan kaki tikus yang diinduksi oleh karagenan pada 3 jam pasca pemberian. Efek ini mirip dengan yang dihasilkan oleh indometasin dalam durasi yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar