The Best Team
Absorpsi senyawa positif dari setiap pengalaman DistribusikanLah keseluruh laku perbuatan Metabolismekan dengan Re_akSi dan Re_aKtif EkspresiKan LewaT Karya
Sabtu, 12 Oktober 2013
Kamis, 19 September 2013
Lowongan Kerja Apoteker
Rekruitment Apoteker
Apotek Kimia Farma membutuhkan Apoteker untuk penempatan di daerah Bekasi dan sekitarnya.
Dengan persyaratan sebagai berikut:
1. Usia pelamar dan max 28 thn (Apoteker)
2. Fotokopi Ijazah terakhir (Surat Keterangan Lulus) 1 lembar
3. Surat Sumpah Apoteker (Apoteker)
4. STRA (Apoteker), bila sudah ada
5. Fotokopi KTP 1 lembar
6. Pas foto ukuran 4x6, 1 lembar
7. Daftar riwayat hidup
8. Surat keterangan sehat dan tidak buta warna
Bila anda memenuhi persyaratan tersebut diatas, kirimkan surat lamaran beserta persyaratan ke:
Kepada SDM Unit Bisnis Bekasi
d.a. Apotek Kimia Farma Siliwangi
Jl. Siliwangi No. 86A Bekasi
Telp. (021) 82414090
email: kfabmbekasi@yahoo.com
Lamaran paling lambat kami terima tanggal 20 Oktober2013 (cap pos/ dikirim langsung/ via email)
Jumat, 23 Agustus 2013
Efektivitas Beberapa Merek Desinfektan Dalam Menurunkan Jumlah Angka Kuman Pada Lantai Ruang Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005
Fungsi utama rumah sakit sebagai sarana pemulihan kesehatan orang sakit melalui pelayanan medik dan penunjang medik serta non medik dilaksanakan secara terpadu dan didukung oleh sanitasi lingkungan serta bebas dari kuman yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Mengantisipasi permasalahan tersebut Depkes RI melalui Kepmenkes RI No.l204/Menkes/SK/X/2004 menyatakan standar angka kuman pada lantai rumah sakit sebesar 5-10 CFU/cm2 Bahan desinfektan yang biasa dijual di pasaran seperti merek Lysol, SOS, Superpel dan Wipol dapat digunakan sebagai bahan untuk menurunkan jumlah angka kuman pada lantai rumah sakit. Jenis penelitian ini adalah survai deskriptif analitik dengan rancangan Pre dan Posi Tesi Destgn.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan jumlah angka kuman di lantai rumah sakit sebelum dan setelah dilakukan pembersihan dengan menggunakan desinfektan merek Lysol, SOS, Superpel dan Wipol serta mengetahui efektivitas desinfektan dalam menurunkan jumlah angka kuman, dimana setiap perlakuan dilakukan pengulangan tiga kali.
Jumlah angka kuman sebelum dan setelah perlakuan pada desinfektan merek Lysol yaitu 23,89 CFU/cm2 dan 7,67 CFU/cm2 dengan efektivitas sebesar 67,89%.
Desinfektan merek SOS jumlah angka kumannya sebelum dan setelah perlakuan yaitu 26,89 CFU/cm2 dan 16,33 CFU/cm2 dengan persentase penurunan sebesar 39,27%, sedangkan desinfektan merek Superpel jumlah angka kumannya yaitu 30 CFU/cm2 untuk sebelum perlakuan dan 23,33 CFU/cm2 setelah perlakuan dengan persentase penurunan 22,23%.
Jumlah angka kuman untuk desinfektan merek Wipol sebelum dan setelah perlakuan yaitu 31,66 CFU/cm2 dan 14,22 CFU/cm2 dengan persentase penurunan 55,08%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan desinfektan dapat menurunkan jumlah angka kuman pada lantai rumah sakit. Desinfektan yang efektif dalam menurunkan jumlah angka kuman dalam penelitian ini adalah desinfektan merek Lysol, karena mampu menurunkan jumlah angka kuman sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Depkes. Disarankan peningkatan pembersihan lantai sehingga mencapai standar (5-10 CFU/cm2) yang telah ditetapkan.
Sumber : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31972
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan jumlah angka kuman di lantai rumah sakit sebelum dan setelah dilakukan pembersihan dengan menggunakan desinfektan merek Lysol, SOS, Superpel dan Wipol serta mengetahui efektivitas desinfektan dalam menurunkan jumlah angka kuman, dimana setiap perlakuan dilakukan pengulangan tiga kali.
Jumlah angka kuman sebelum dan setelah perlakuan pada desinfektan merek Lysol yaitu 23,89 CFU/cm2 dan 7,67 CFU/cm2 dengan efektivitas sebesar 67,89%.
Desinfektan merek SOS jumlah angka kumannya sebelum dan setelah perlakuan yaitu 26,89 CFU/cm2 dan 16,33 CFU/cm2 dengan persentase penurunan sebesar 39,27%, sedangkan desinfektan merek Superpel jumlah angka kumannya yaitu 30 CFU/cm2 untuk sebelum perlakuan dan 23,33 CFU/cm2 setelah perlakuan dengan persentase penurunan 22,23%.
Jumlah angka kuman untuk desinfektan merek Wipol sebelum dan setelah perlakuan yaitu 31,66 CFU/cm2 dan 14,22 CFU/cm2 dengan persentase penurunan 55,08%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan desinfektan dapat menurunkan jumlah angka kuman pada lantai rumah sakit. Desinfektan yang efektif dalam menurunkan jumlah angka kuman dalam penelitian ini adalah desinfektan merek Lysol, karena mampu menurunkan jumlah angka kuman sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Depkes. Disarankan peningkatan pembersihan lantai sehingga mencapai standar (5-10 CFU/cm2) yang telah ditetapkan.
Sumber : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31972
Rabu, 07 Agustus 2013
Kolesterol Baik atau Jahat sih???
Kolesterol adalah lemak yang beredar dalam darah. Tubuh
membutuhkan kolesterol karena membangun sel-sel tubuh, menghasilkan estrogen
dan hormon lainnya.
Ada dua jenis kolesterol, kolesterol baik (HDL : High
Density Lipoprotein) dan kolesterol jahat (LDL : low-density lipoprotein).
HDL bermanfaat untuk membantu tubuh memproduksi asam empedu
dan vitamin D, juga membangun struktur tertentu dari sel tubuh. Kolesterol baik
sangat penting untuk menyingkirkan LDL yang dapat mengancam jantung karena
menimbulkan plak pada arteri/pembuluh darah. Plak pada arteri
(Arterisklerosis) merupakan faktor pencetus penyakit kolesterol dan penyakit
lainnya seperti angina (nyeri dada yang hebat), stroke dan jantung koroner.
Ada beberapa cara untuk meningkatkan kolesterol baik yaitu :
- Mengubah pola makan. Jauhi gula dan makan lebih banyak lemak sehat seperti alpukat, salmon dan kenari. Pastikan untuk mencari makanan yang tinggi lemak tak jenuh tunggal untuk meningkatkan jumlah kolesterol baik dalam tubuh.
- Olahraga juga dapat membantu Anda meningkatkan HDL dalam tubuh. Berjalan selama minimal 30 menit sehari. Ini saja dapat meningkatkan kolesterol baik oleh hampir 10%. Menjaga berat badan dapat membantu menurunkan LDL dan kadar kolesterol total, serta meningkatkan kolesterol HDL.
- Kurangi rokok, karena merokok dianggap sebagai kebiasaan buruk dan memiliki banyak efek negatif pada tubuh. Mulailah gaya hidup sehat yang baik untuk menjaga kesehatan jantung dan menghindarkan kolesterol jahat.
Jumat, 02 Agustus 2013
DIAGNOSIS PENYAKIT GASTROENTERITIS
D.
DIAGNOSIS
Dalam memberikan dasar klinis
untuk diagnosis dan manajemen pengobatan pemahaman mengenai epidemiologi dan
patogenesis infeksi gastroenteritis sangat penting. Wabah gastroenteritis masih
sangat tinggi menyerang anak-anak. Gastroenteritis dapat terjadi karena saluran
cerna terinfeksi (virus, bakteri, atau parasit), penyerapan makanan yang tidak
baik atau tertelan makanan yang beracun. Selain dengan mengamati tanda dan
gejala yang terjadi pada pasien, ada beberapa cara yang dilakukan untuk
mendukung diagnosa menjadi lebih akurat, diantaranya yaitu :
1. Pemeriksaan
Fisik
Pada
pasien yang menderita gastroenteritis ada dua data yang perlu diperhatikan,
yaitu :
a.
Data
Subjektif
1)
Nyeri
atau kram pada bagain abdomen, serangan dan lamanya lokasi dan penyebarannya,
karakter dan beratnya, faktor penghilang dan pemberatnya.
2)
Sering
defekasi (BAB) :
warna hijau atau kehijauan, mungkin mengandung darah.
3)
Penurunan
nafsu makan : anoreksia
b.
Data
Objektif
1)
Penurunan
berat badan atau kegagalan untuk meningkatkan berat badan.
2)
Hiperaktif
atau bising usus
3) Deman
4)
Peka
rangsang
5)
Dehidrasi
mata dengan ciri : cekung, turgor kulit buruk, tidak ada air mata saat menangis.
6)
Ketidakseimbangan
elektrolit.
2. Pemeriksaan
Laboratorium
a.
Pemeriksaan
Darah Lengkap
Tes
laboratorium yang paling umum adalah hitung darah lengkap (HDL) atau Complete
Blood Count (CBC). Tes ini, yang juga sering disebut sebagai ‘hematologi’,
yaitu pemeriksaan terhadap jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel
darah putih dan trombosit (platelet). Sel darah putih (leukosit) berfungsi
untuk membantu melawan infeksi dalam tubuh. Hitung Sel Darah Putih (White Blood
Cell
count/WBC) adalah menghitung jumlah total leukosit.
Jika nilai hitung leukosit tinggi dapat diartikan tubuh kita sedang melawan
infeksi. Namun, jika nilai hitung leukosit rendah (leukopenia atau sitopenia)
berarti terdapat masalah dengan sumsum tulang, maka tubuh kurang mampu melawan
infeksi.
Hitung Jenis (differential), yaitu pemeriksaan darah dengan
menghitung lima jenis sel darah putih, yang terdiri atas: neutrofil, limfosit,
monosit, eosinofil dan basofil. Neutrofil berfungsi melawan infeksi
bakteri. Biasa jumlahnya adalah 55-70% dari leukosit. Jika neutrofil rendah
(disebut neutropenia), memungkinkan tubuh lebih mudah terkena infeksi bakteri.
Limfosit ada dua jenis sel
limfosit : sel-T yang menyerang dan membunuh kuman, serta membantu mengatur
sistem kekebalan tubuh; dan sel-B yang membuat antibodi, protein khusus yang
menyerang kuman. Jumlah limfosit umumnya 20-40% dari leukosit. Monosit atau makrofag mencakup 2- 8% dari leukosit. Sel ini melawan
infeksi dengan ‘memakan’ kuman dan memberi tahu sistem kekebalan tubuh mengenai
kuman apa yang ditemukan. Jumlah monosit yang tinggi umumnya menunjukkan adanya
infeksi bakteri. Eosinofil biasanya
1-3% dari leukosit. Sel ini terlibat dengan alergi dan tanggapan terhadap
parasit. Jumlah yang tinggi, terutama jika diare, flatulen atau perut kembung,
mungkin menandai keberadaan parasit. (10)
b.
Pemerikasaan
Feses
Pemeriksaan
feses dilakukan secara makroskopis maupun mikroskopis. Analisa terhadap warna,
konsistensi, dan darah secara makroskopis.
Sedangkan secara mikroskopis meliputi: keberadan amuba, lemak, leukosit,
eritrosit, jamur, telur cacing dan parasit lain. Diagnosis yang pasti dari
penyebab infeksi adalah dengan pemeriksaan mikroskopik dari sampel feses.
Sampel feses yang masih cair dikumpulkan dalam jumlah besar dari 10 orang sakit
selama 48 jam pertama mereka sakit, kemudian patologi virus
dideteksi. Kajian
feses juga dilakukan ketika pasien mengalami diare berdarah atau jika
penyebabnya yang tidak biasa, seperti Escherichia
coli atau Cryptosporidium.
(11)
c.
Pemeriksaan
Urin
Urin dengan berat jenis yang bertambah dan pH <7 -="" 1.006="" 1.030="" 7.="" adalah="" berat="" dan="" dehidrasi.="" j="" jenis="" menunjukkan="" nbsp="" normal="" ph="" span="" terjadinya="" urin="" yang="">Identifikasi organisme Shigella dapat dilakukan dengan kultur urin, karena Shigella dapat keluar bersama urin. 7>
E. PENANGANAN (12)
Urin dengan berat jenis yang bertambah dan pH <7 -="" 1.006="" 1.030="" 7.="" adalah="" berat="" dan="" dehidrasi.="" j="" jenis="" menunjukkan="" nbsp="" normal="" ph="" span="" terjadinya="" urin="" yang="">Identifikasi organisme Shigella dapat dilakukan dengan kultur urin, karena Shigella dapat keluar bersama urin. 7>
E. PENANGANAN (12)
1.
Non Farmakologi
Penanganan penderita gastroenteritis
secara non farmakologi antara lain:
a.
Pemberian Makanan
Makanan
yang diberikan pada penderita gastroenteritis adalah makanan yang mudah dicerna
seperti makanan setengah padat (bubur). Pada bayi dapat diberikan susu (ASI
atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh). Air
susu ibu (ASI) mempunyai khasiat preventif secara imunologi dengan adanya
antibodi dari zat-zat lain yang dikandungnya.
b.
Menjaga kebersihan lingkungan disekitar tempat penderita
c.
Selalu membiasakan untuk mencuci tangan dengan bersih
2.
Farmakologi
Penanganan penderita gastroenteritis
secara farmakologi antara lain:
a.
Pemberian cairan
Pemberian
cairan diberikan secara oral, intragastri dan intravena. Pemberian secara oral
dikhususkan untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila pasien
mau minum serta kesadaran yang baik. Pemberian secara intragastri dikhususkan
untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi tetapi pasien tidak mau
minum atau kesadaran menurun. Pemberian secara intravena dikhususkan untuk
dehidrasi berat. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari tingkat
dehidrasi. Cairan yang diberikan secara oral terdiri dari :
1)
Formula lengkap yang mengandung NaCl, NaHCO3, KCl
dan glukosa dan formula lengkap ini sering disebut oralit.
2)
Formula sederhana (tidak lengkap), dapat dibuat sendiri hanya
mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain) misalnya
larutan garam.
b.
Obat-obatan
Obat
untuk mengobati gastroenteritis biasa tidak diperlukan, kecuali gejala yang
ditimbulkan berat. Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gejala
gastroenteritis dapat diuraikan dibawah ini.
1)
Antidiare
Antidiare
digunakan untuk mengobati gejala diare. Loperamide adalah obat antidiare banyak digunakan untuk mengobati
gastroenteritis. Loperamid memperlambat gerakan isi usus Anda dan juga dapat
meningkatkan penyerapan air dari usus. Sembelit dan pusing adalah dua efek
samping yang umum dari loperamid. Efek samping jarang termasuk: haid, kantuk,
ruam dan kembung. Loperamid tidak cocok untuk orang dengan kolitis (radang usus
besar) atau bagi wanita hamil. Namun, dapat digunakan secara aman saat
menyusui. Jika memiliki suhu tinggi 380C atau diatasnya, atau jika
terdapat darah atau lendir dalam kotoran, tidak harus menggunakan loperamid, atau obat antidiare lain. Dalam hal ini, obat bisa membuat
gejala lebih memburuk. Obat antidiare tidak boleh digunakan oleh anak di bawah
usia 12 tahun, kecuali langsung diperintahkan oleh dokter Anda.
2)
Antiemetik
Obat antiemetik
digunakan untuk membantu mencegah atau mengurangi muntah. Umumnya antiemetik
termasuk stemetil (proklorperazin) dan metoklopramid (yang dapat diberikan
melalui suntikan langsung ke dalam otot maupun secara oral). Metoklopramid
membantu mengendurkan otot-otot yang digunakan selama muntah, sementara pada
saat yang sama mempercepat penyerapan cairan dan makanan dengan sistem
pencernaan.
3)
Antipiretik
Dalam dosis rendah berguna untuk menurunkan panas yang
terjadi akibat dehidrasi maupun panas karena infeksi penyerta.
4)
Antibiotik
Antibiotik
biasanya tidak dianjurkan untuk mengobati gastroenteritis karena kebanyakan
kasus gastroenteritis disebabkan oleh virus dan bahkan jika gastroenteritis
disebabkan oleh bakteri, penelitian menunjukkan bahwa antibiotik sering tidak
lebih efektif daripada menunggu semua gejala timbul dan antibiotik dapat
menyebabkan efek samping yang tidak menyenangkan setiap kali antibiotik
digunakan untuk mengobati kondisi ringan, antibiotik menjadi kurang efektif
untuk mengobati kondisi yang lebih serius. Namun, antibiotik mungkin dianjurkan
jika gastroenteritis sangat berat dan bakteri tertentu telah diidentifikasi
sebagai penyebabnya. Antibiotik juga mungkin dianjurkan jika memiliki
faktor risiko yang membuat pasien lebih rentan terhadap infeksi, seperti sistem
kekebalan tubuh yang lemah. Efek samping dari penggunaan antibiotik untuk mengobati
gastroenteritis meliputi: mual, muntah, diare, sakit perut dan ruam.
DRUG THERAPY MONITORING (DTM) PENYAKIT GASTROENTERITIS Part 2
BAB
II
URAIAN
TENTANG PENYAKIT
A.
DEFINISI
Gastroenteritis
didefenisikan sebagai inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus.
Gastroenteritis akut ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus
muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis
akut adalah virus (rotavirus, adenovirus
enteric, virus Norwalk, dan lain-lain), bakteri atau toksinnya (Campylobacter, Salmonella, Shigella,
Escherichia Coli, Yersinia, dan lain-lain), serta parasit (Giardia Lambia, Cryptosporidium), tetapi
bisa juga disebabkan zat kimia, jamur beracun, dan lain-lain. Patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi
sel-sel, menghasilkan enterotoksin atau sitotoksin yang merusak sel atau
melekat pada dinding usus. Pada gastroenteritis akut, usus halus adalah alat
pencernaan yang paling sering terkena. (2)
B.
ETIOLOGI,
FAKTOR RESIKO, PATOFISIOLOGI, PATHOGENESIS, MANIFESTASI KLINIK, KOMPLIKASI
1.
Etiologi (3)
Gastroenteritis dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain :
a.
Faktor
infeksi
1)
Infeksi
Internal
Infeksi
saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis pada anak.
Infeksi internal meliputi :
a)
Infeksi
bakteri : Basiler disentri, Escherichia
colli, Salmonella.
b)
Infeksi
virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus.
c)
Infeksi
parasit : cacing, protozoa, jamur.
2)
Infeksi
parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh
lain diluar alat pencernaan
seperti tonsillitis, brochopneumoni,
encephalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak yang
berumur dibawah 2 tahun.
b.
Faktor
makanan
Makanan
basi, beracun, alergi terhadap makanan.
c.
Faktor
malabsorbsi
1)
Malabsorbsi
karbohidrat, disakarida (intoleran laktosa, maltosa) pada bayi dan anak yang
tersering adalah intoleransi laktosa
2)
Malabsorbsi
lemak dan protein
d. Faktor psikologi : rasa takut dan
cemas biasanya terjadi pada anak lebih besar.
2.
Faktor Resiko (3)
1.
Jumlah penduduk yang padat atau ramai
2.
Makanan yang terkontaminasi atau makanan dengan temperatur
yang tidak cukup tinggi sehingga tidak dapat membunuh organisme penyebab
Gastroenteritis.
3.
Sanitasi lingkungan yang jelek
3.
Patofisiologi (2)
Gastroenteritis akut ditularkan melalui
rute fekal-oral dari orang ke orang atau melalui air dan makanan yang
terkontaminasi. Sebagian besar gastroenteritis dapat sembuh sendiri dan
prognosisnya baik dengan pengobatan. Anak-anak malnutrisi dapat menderita
infeksi yang lebih berat dan lebih membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
sembuh.
Penting untuk
mengetahui aspek perubahan fungsi tubuh yang terjadi akibat mengalami
gastroenteritis. Umumnya gastroenteritis terjadi karena adanya infeksi bakteri
patogen dalam tubuh yang kemudian menetap didalam usus maupun lambung manusia.
keberadaan bakteri ini merangsang terbentuknya toksin yang dapat membuat usus
ataupun lambung mengalami peradangan. Peradangan yang terjadi pada usus atau
lambung dapat menurunkan absorpsi karbohidrat sehingga dapat terjadi
hipoglikemik. Akibat peradangan lambung juga dapat meningkatkan produksi asam
lambung, sehingga terjadi reaksi mual dan muntah yang menyebabkan dehidrasi
terjadi. Pada peradangan usus, akan meningkatkan motilitas usus yang
mengakibatkan sekresi cairan dan elektrolit meningkat sehingga terjadi
kekurangan kalium (hipokalemia). Hipokalemia dapat menginduksi terjadinya kram
perut/abdomen sehingga menimbulkan rasa nyeri. Selain itu, peradangan usus dapat
meningkatka permeabilitas usus yang meyebabkan tekanan intra lumen meningkat sehingga
usus tidak diberi kesempatan untuk menyerap nutrisi makanan dengan baik dan dapat
mengakibatkan terjadinya defekasi yang berlebihan dengan konsistensi yang cair,
juga dapat menyebabkan dehidrasi dan syok hipovolemik.
4.
Patogenesis (2)
Dua
hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan gastroenteritis akut karena
infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu
adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat
menimbulkan gastroenteritis akut, terdiri atas faktor-faktor daya tangkis atau
lingkungan intern traktus intestinalis, seperti keasaman lambung, motilitas
usus, imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi mukosa,
dan enzim pencernaan.
Penurunan
keasaman lambung pada infeksi shigella
terbukti dapat menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan
kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi oleh V.
cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlambat waktu gastroenteritis dan gejala penyakit, serta mengurangi
absorbsi elektrolit, tambahan lagi akan mengurangi kecepatan eliminasi sumber
infeksi. Peran imunitas dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi pasien
giardiasis pada mereka yang kekurangan IgA, demikian pula gastroenteritis yang
terjadi pada penderita HIV/AIDS karena gangguan imunitas. Percobaan lain membuktikan
bahwa bila lumen usus dirangsang oleh suatu toksoid berulang kali, akan terjadi
sekresi antibodi.
Faktor
kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya lekat dan
penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat membentuk
koloni-koloni yang juga dapat menginduksi diare yang merupakan gejala dari
gastroenteritis akut.
5.
Manifestasi Klinik (2)
1.
Konsistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi meningkat
2.
Muntah (umumnya tidak lama)
3.
Demam (mungkin ada atau tidak)
4.
Kram abdomen
5.
Membran mukosa kering
6.
Fontanel cekung (bayi)
7.
Berat badan turun
8.
Malaise
6.
Komplikasi (2,4)
1.
Gangguan keseimbangan asam basa
2.
Hipokalemia (keadaan kadar kalium yang rendah)
3.
Hipoglikemia (keadaan kadar glukosa darah yang rendah)
Gejala hipoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah
sampai 40 mg % pada bayi disertai lemas apatis, peka rangsang, tremor,
berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi
laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.
4.
Syok hipovolemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis
metabolik, perfusi sistemik buruk)
5. Gangguan gizi, sewaktu anak menderita diare, sering terjadi
gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang
singkat.
6.
Gangguan sirkulasi
Terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik yang selanjutnya
dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak dan kesadaran menurun.
7.
Kejang demam
8.
Bakteremia
C.
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi
gastroenteritis dasarkan pada beberapa hal berikut:
a. Distribusi
gastroenteritis berdasarkan orang
Gastroenteritis merupakan sejenis
penyakit infeksi yang terjadi di seluruh negara di dunia. Penyakit ini lebih
sering terjadi pada anak-anak
dan lansia dikarenakan daya tahan tubuh yang lemah dan mudah mengalami
dehidrasi. Gastroenteritis biasanya terjadi pada masyarakat yang berpendidikan
dan berpendapatan rendah, hal ini dikaitkan dengan tingkat pengetahuan dan
perilaku terhadap kesehatan yang kurang
b. Berdasarkan
tempat
Menurut World Health Organization (WHO) dalam Soegijanto (2002) menyatakan bahwa tujuh dari sepuluh kematian anak di
negara berkembang dapat disebabkan oleh lima penyebab utama, yakni salah satunya adalah gastroenteritis yang masih merupakan
salah satu penyebab utama mortalitas anak-anak
di negara berkembang. Kejadian gastroenteritis lebih tinggi pada penduduk
perkotaan yang padat dan kumuh. Sedangkan di negara maju dengan tingkat
pendidikan dan kesehatan tinggi kejadian gastroenteritis jauh lebih rendah. Hal
ini erat kaitannya dengan kurangnya pencemaran minum anak dan sebagaian lain
oleh faktor pencegahan imunologik dari ASI. (4,5)
c. Berdasarkan
waktu
Di Negara-negara yang beriklim empat musim,
gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri sering terjadi pada musim panas,
sedangkan yang disebabkan oleh virus terjadi pada musim dingin. Di Indonesia,
gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun
dengan puncak kejadian pada pertengahan musim kemarau (Juli – Agustus),
sedangkan yang disebabkan oleh bakteri puncaknya pada pertengahan hujan (Januari
– Februari). (6)
Di Amerika,
infeksi rotavirus dan astovirus terjadi selama musim dingin setiap tahun
(Oktober – April) sedangkan infeksi non virus muncul sepanjang tahun. (7)
Gastroenteritis
atau yang biasa disebut diare menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak di Indonesia. Berdasarkan data WHO tahun 2000 – 2003 gastroenteritis
merupakan penyebab kematian nomor tiga balita baik di dunia maupun di Asia
Tenggara dengan Proportional Mortality
Ratio (PMR) masing – masing sebesar 17% dan 18%. (8)
Berdasarkan
hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menunjukkan angka
kematian akibat gastroenteritis sebesar 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita
sebesar 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten dari 16
propinsi melaporkan terjadi KLB GE dengan Case
Fatality Rate (CFR) sebesar 2,5% dari 10.980 kasus yang dilaporkan. (9)
Langganan:
Postingan (Atom)