Jumat, 02 Agustus 2013

DRUG THERAPY MONITORING (DTM) PENYAKIT GASTROENTERITIS Part 2

BAB II
URAIAN TENTANG PENYAKIT


A.      DEFINISI
Gastroenteritis didefenisikan sebagai inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus. Gastroenteritis akut ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (rotavirus, adenovirus enteric, virus Norwalk, dan lain-lain), bakteri atau toksinnya (Campylobacter, Salmonella, Shigella, Escherichia Coli, Yersinia, dan lain-lain), serta parasit (Giardia Lambia, Cryptosporidium), tetapi bisa juga disebabkan zat kimia, jamur beracun, dan lain-lain. Patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel, menghasilkan enterotoksin atau sitotoksin yang merusak sel atau melekat pada dinding usus. Pada gastroenteritis akut, usus halus adalah alat pencernaan yang paling sering terkena. (2)

B.       ETIOLOGI, FAKTOR RESIKO, PATOFISIOLOGI, PATHOGENESIS, MANIFESTASI KLINIK, KOMPLIKASI
1.    Etiologi (3)
Gastroenteritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
a.    Faktor infeksi
1)   Infeksi Internal
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis pada anak. Infeksi internal meliputi :
a)    Infeksi bakteri : Basiler disentri, Escherichia colli, Salmonella.
b)   Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus.
c)    Infeksi parasit : cacing, protozoa, jamur.
2)   Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti tonsillitis, brochopneumoni, encephalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak yang berumur dibawah 2 tahun.
b.    Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
c.    Faktor malabsorbsi
1)   Malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoleran laktosa, maltosa) pada bayi dan anak yang tersering adalah intoleransi laktosa
2)   Malabsorbsi lemak dan protein
d.   Faktor psikologi : rasa takut dan cemas biasanya terjadi pada anak lebih besar.

2.    Faktor Resiko (3)
1.    Jumlah penduduk yang padat atau ramai
2.    Makanan yang terkontaminasi atau makanan dengan temperatur yang tidak cukup tinggi sehingga tidak dapat membunuh organisme penyebab Gastroenteritis.
3.    Sanitasi lingkungan yang jelek

3.    Patofisiologi (2)
Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute fekal-oral dari orang ke orang atau melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Sebagian besar gastroenteritis dapat sembuh sendiri dan prognosisnya baik dengan pengobatan. Anak-anak malnutrisi dapat menderita infeksi yang lebih berat dan lebih membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh.
Penting untuk mengetahui aspek perubahan fungsi tubuh yang terjadi akibat mengalami gastroenteritis. Umumnya gastroenteritis terjadi karena adanya infeksi bakteri patogen dalam tubuh yang kemudian menetap didalam usus maupun lambung manusia. keberadaan bakteri ini merangsang terbentuknya toksin yang dapat membuat usus ataupun lambung mengalami peradangan. Peradangan yang terjadi pada usus atau lambung dapat menurunkan absorpsi karbohidrat sehingga dapat terjadi hipoglikemik. Akibat peradangan lambung juga dapat meningkatkan produksi asam lambung, sehingga terjadi reaksi mual dan muntah yang menyebabkan dehidrasi terjadi. Pada peradangan usus, akan meningkatkan motilitas usus yang mengakibatkan sekresi cairan dan elektrolit meningkat sehingga terjadi kekurangan kalium (hipokalemia). Hipokalemia dapat menginduksi terjadinya kram perut/abdomen sehingga menimbulkan rasa nyeri. Selain itu, peradangan usus dapat meningkatka permeabilitas usus yang meyebabkan tekanan intra lumen meningkat sehingga usus tidak diberi kesempatan untuk menyerap nutrisi makanan dengan baik dan dapat mengakibatkan terjadinya defekasi yang berlebihan dengan konsistensi yang cair, juga dapat menyebabkan dehidrasi dan syok hipovolemik.

4.    Patogenesis (2)
Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan gastroenteritis akut karena infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan gastroenteritis akut, terdiri atas faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan intern traktus intestinalis, seperti keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi mukosa, dan enzim pencernaan.
Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella terbukti dapat menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi oleh V. cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlambat waktu gastroenteritis dan gejala penyakit, serta mengurangi absorbsi elektrolit, tambahan lagi akan mengurangi kecepatan eliminasi sumber infeksi. Peran imunitas dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi pasien giardiasis pada mereka yang kekurangan IgA, demikian pula gastroenteritis yang terjadi pada penderita HIV/AIDS karena gangguan imunitas. Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus dirangsang oleh suatu toksoid berulang kali, akan terjadi sekresi antibodi.
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya lekat dan penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat membentuk koloni-koloni yang juga dapat menginduksi diare yang merupakan gejala dari gastroenteritis akut.

5.    Manifestasi Klinik (2)
1.    Konsistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi meningkat
2.    Muntah (umumnya tidak lama)
3.    Demam (mungkin ada atau tidak)
4.    Kram abdomen
5.    Membran mukosa kering
6.    Fontanel cekung (bayi)
7.    Berat badan turun
8.    Malaise

6.    Komplikasi (2,4)
1.    Gangguan keseimbangan asam basa
2.    Hipokalemia (keadaan kadar kalium yang rendah)
3.    Hipoglikemia (keadaan kadar glukosa darah yang rendah)
Gejala hipoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah sampai 40 mg % pada bayi disertai lemas apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.
4.    Syok hipovolemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis metabolik, perfusi sistemik buruk)
5.  Gangguan gizi, sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat.
6.    Gangguan sirkulasi
Terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik yang selanjutnya dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak dan kesadaran menurun.
7.    Kejang demam
8.    Bakteremia

C.      EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi gastroenteritis dasarkan pada beberapa hal berikut:
a.    Distribusi gastroenteritis berdasarkan orang
Gastroenteritis merupakan sejenis penyakit infeksi yang terjadi di seluruh negara di dunia. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan lansia dikarenakan daya tahan tubuh yang lemah dan mudah mengalami dehidrasi. Gastroenteritis biasanya terjadi pada masyarakat yang berpendidikan dan berpendapatan rendah, hal ini dikaitkan dengan tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap kesehatan yang kurang
b.    Berdasarkan tempat
Menurut World Health Organization (WHO) dalam Soegijanto (2002) menyatakan bahwa tujuh dari sepuluh kematian anak di negara berkembang dapat disebabkan oleh lima penyebab utama, yakni salah satunya adalah gastroenteritis yang masih merupakan salah satu penyebab utama mortalitas anak-anak di negara berkembang. Kejadian gastroenteritis lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan kumuh. Sedangkan di negara maju dengan tingkat pendidikan dan kesehatan tinggi kejadian gastroenteritis jauh lebih rendah. Hal ini erat kaitannya dengan kurangnya pencemaran minum anak dan sebagaian lain oleh faktor pencegahan imunologik dari ASI. (4,5)
c.    Berdasarkan waktu
Di Negara-negara yang beriklim empat musim, gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri sering terjadi pada musim panas, sedangkan yang disebabkan oleh virus terjadi pada musim dingin. Di Indonesia, gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan puncak kejadian pada pertengahan musim kemarau (Juli – Agustus), sedangkan yang disebabkan oleh bakteri puncaknya pada pertengahan hujan (Januari – Februari). (6)
Di Amerika, infeksi rotavirus dan astovirus terjadi selama musim dingin setiap tahun (Oktober – April) sedangkan infeksi non virus muncul sepanjang tahun. (7)
Gastroenteritis atau yang biasa disebut diare menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di Indonesia. Berdasarkan data WHO tahun 2000 – 2003 gastroenteritis merupakan penyebab kematian nomor tiga balita baik di dunia maupun di Asia Tenggara dengan Proportional Mortality Ratio (PMR) masing – masing sebesar 17% dan 18%. (8)
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menunjukkan angka kematian akibat gastroenteritis sebesar 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita sebesar 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten dari 16 propinsi melaporkan terjadi KLB GE dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,5% dari 10.980 kasus yang dilaporkan. (9)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar