Jumat, 02 Agustus 2013

DIAGNOSIS PENYAKIT GASTROENTERITIS

D.      DIAGNOSIS
Dalam memberikan dasar klinis untuk diagnosis dan manajemen pengobatan pemahaman mengenai epidemiologi dan patogenesis infeksi gastroenteritis sangat penting. Wabah gastroenteritis masih sangat tinggi menyerang anak-anak. Gastroenteritis dapat terjadi karena saluran cerna terinfeksi (virus, bakteri, atau parasit), penyerapan makanan yang tidak baik atau tertelan makanan yang beracun. Selain dengan mengamati tanda dan gejala yang terjadi pada pasien, ada beberapa cara yang dilakukan untuk mendukung diagnosa menjadi lebih akurat, diantaranya yaitu :

1.    Pemeriksaan Fisik
Pada pasien yang menderita gastroenteritis ada dua data yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.    Data Subjektif
1)   Nyeri atau kram pada bagain abdomen, serangan dan lamanya lokasi dan penyebarannya, karakter dan beratnya, faktor penghilang dan pemberatnya.
2)   Sering defekasi (BAB) : warna hijau atau kehijauan, mungkin mengandung darah.
3)   Penurunan nafsu makan : anoreksia

b.    Data Objektif
1)   Penurunan berat badan atau kegagalan untuk meningkatkan berat badan.
2)   Hiperaktif atau bising usus
3)   Deman 
4)   Peka rangsang
5)   Dehidrasi mata dengan ciri : cekung, turgor kulit buruk, tidak ada air mata saat menangis.
6)   Ketidakseimbangan elektrolit.

2.    Pemeriksaan Laboratorium
a.    Pemeriksaan Darah Lengkap
Tes laboratorium yang paling umum adalah hitung darah lengkap (HDL) atau Complete Blood Count (CBC). Tes ini, yang juga sering disebut sebagai ‘hematologi’, yaitu pemeriksaan terhadap jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet). Sel darah putih (leukosit) berfungsi untuk membantu melawan infeksi dalam tubuh. Hitung Sel Darah Putih (White Blood Cell count/WBC) adalah menghitung jumlah total leukosit. Jika nilai hitung leukosit tinggi dapat diartikan tubuh kita sedang melawan infeksi. Namun, jika nilai hitung leukosit rendah (leukopenia atau sitopenia) berarti terdapat masalah dengan sumsum tulang, maka tubuh kurang mampu melawan infeksi.
Hitung Jenis (differential), yaitu pemeriksaan darah dengan menghitung lima jenis sel darah putih, yang terdiri atas: neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil dan basofil. Neutrofil berfungsi melawan infeksi bakteri. Biasa jumlahnya adalah 55-70% dari leukosit. Jika neutrofil rendah (disebut neutropenia), memungkinkan tubuh lebih mudah terkena infeksi bakteri. Limfosit ada dua jenis sel limfosit : sel-T yang menyerang dan membunuh kuman, serta membantu mengatur sistem kekebalan tubuh; dan sel-B yang membuat antibodi, protein khusus yang menyerang kuman. Jumlah limfosit umumnya 20-40% dari leukosit. Monosit atau makrofag mencakup 2- 8% dari leukosit. Sel ini melawan infeksi dengan ‘memakan’ kuman dan memberi tahu sistem kekebalan tubuh mengenai kuman apa yang ditemukan. Jumlah monosit yang tinggi umumnya menunjukkan adanya infeksi bakteri. Eosinofil biasanya 1-3% dari leukosit. Sel ini terlibat dengan alergi dan tanggapan terhadap parasit. Jumlah yang tinggi, terutama jika diare, flatulen atau perut kembung, mungkin menandai keberadaan parasit. (10)
b.    Pemerikasaan Feses
Pemeriksaan feses dilakukan secara makroskopis maupun mikroskopis. Analisa terhadap warna, konsistensi, dan darah secara makroskopis.  Sedangkan secara mikroskopis meliputi: keberadan amuba, lemak, leukosit, eritrosit, jamur, telur cacing dan parasit lain. Diagnosis yang pasti dari penyebab infeksi adalah dengan pemeriksaan mikroskopik dari sampel feses. Sampel feses yang masih cair dikumpulkan dalam jumlah besar dari 10 orang sakit selama 48 jam pertama mereka sakit, kemudian patologi virus dideteksi. Kajian feses juga dilakukan ketika pasien mengalami diare berdarah atau jika penyebabnya yang tidak biasa, seperti Escherichia coli atau Cryptosporidium. (11)
c.    Pemeriksaan Urin
Urin dengan berat jenis yang bertambah dan pH <7 -="" 1.006="" 1.030="" 7.="" adalah="" berat="" dan="" dehidrasi.="" j="" jenis="" menunjukkan="" nbsp="" normal="" ph="" span="" terjadinya="" urin="" yang="">Identifikasi organisme Shigella dapat dilakukan dengan kultur urin, karena Shigella dapat keluar bersama urin. 


E.       PENANGANAN (12)
1.    Non Farmakologi
Penanganan penderita gastroenteritis secara non farmakologi antara lain:
a.    Pemberian Makanan
     Makanan yang diberikan pada penderita gastroenteritis adalah makanan yang mudah dicerna seperti makanan setengah padat (bubur). Pada bayi dapat diberikan susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh). Air susu ibu (ASI) mempunyai khasiat preventif secara imunologi dengan adanya antibodi dari zat-zat lain yang dikandungnya.
b.   Menjaga kebersihan lingkungan disekitar tempat penderita
c.    Selalu membiasakan untuk mencuci tangan dengan bersih

2.    Farmakologi
Penanganan penderita gastroenteritis secara farmakologi antara lain:
a.    Pemberian cairan
     Pemberian cairan diberikan secara oral, intragastri dan intravena. Pemberian secara oral dikhususkan untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila pasien mau minum serta kesadaran yang baik. Pemberian secara intragastri dikhususkan untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi tetapi pasien tidak mau minum atau kesadaran menurun. Pemberian secara intravena dikhususkan untuk dehidrasi berat. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari tingkat dehidrasi. Cairan yang diberikan secara oral terdiri dari :
1)   Formula lengkap yang mengandung NaCl, NaHCO3, KCl dan glukosa dan formula lengkap ini sering disebut oralit.
2)   Formula sederhana (tidak lengkap), dapat dibuat sendiri hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain) misalnya larutan garam.
b.   Obat-obatan
     Obat untuk mengobati gastroenteritis biasa tidak diperlukan, kecuali gejala yang ditimbulkan berat. Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gejala gastroenteritis dapat diuraikan dibawah ini.
1)   Antidiare
     Antidiare digunakan untuk mengobati gejala diare. Loperamide adalah obat antidiare banyak digunakan untuk mengobati gastroenteritis. Loperamid memperlambat gerakan isi usus Anda dan juga dapat meningkatkan penyerapan air dari usus. Sembelit dan pusing adalah dua efek samping yang umum dari loperamid. Efek samping jarang termasuk: haid, kantuk, ruam dan kembung. Loperamid tidak cocok untuk orang dengan kolitis (radang usus besar) atau bagi wanita hamil. Namun, dapat digunakan secara aman saat menyusui. Jika memiliki suhu tinggi 380C atau diatasnya, atau jika terdapat darah atau lendir dalam kotoran, tidak harus menggunakan loperamid, atau obat antidiare lain. Dalam hal ini, obat bisa membuat gejala lebih memburuk. Obat antidiare tidak boleh digunakan oleh anak di bawah usia 12 tahun, kecuali langsung diperintahkan oleh dokter Anda.
2)   Antiemetik
    Obat antiemetik digunakan untuk membantu mencegah atau mengurangi muntah. Umumnya antiemetik termasuk stemetil (proklorperazin) dan metoklopramid (yang dapat diberikan melalui suntikan langsung ke dalam otot maupun secara oral). Metoklopramid membantu mengendurkan otot-otot yang digunakan selama muntah, sementara pada saat yang sama mempercepat penyerapan cairan dan makanan dengan sistem pencernaan.
3)   Antipiretik
     Dalam dosis rendah berguna untuk menurunkan panas yang terjadi akibat dehidrasi maupun panas karena infeksi penyerta.
4)   Antibiotik
  Antibiotik biasanya tidak dianjurkan untuk mengobati gastroenteritis karena kebanyakan kasus gastroenteritis disebabkan oleh virus dan bahkan jika gastroenteritis disebabkan oleh bakteri, penelitian menunjukkan bahwa antibiotik sering tidak lebih efektif daripada menunggu semua gejala timbul dan antibiotik dapat menyebabkan efek samping yang tidak menyenangkan setiap kali antibiotik digunakan untuk mengobati kondisi ringan, antibiotik menjadi kurang efektif untuk mengobati kondisi yang lebih serius. Namun, antibiotik mungkin dianjurkan jika gastroenteritis sangat berat dan bakteri tertentu telah diidentifikasi sebagai penyebabnya. Antibiotik juga mungkin dianjurkan jika memiliki faktor risiko yang membuat pasien lebih rentan terhadap infeksi, seperti sistem kekebalan tubuh yang lemah. Efek samping dari penggunaan antibiotik untuk mengobati gastroenteritis meliputi: mual, muntah, diare, sakit perut dan ruam.

1 komentar: