D.
DIAGNOSIS
Dalam memberikan dasar klinis
untuk diagnosis dan manajemen pengobatan pemahaman mengenai epidemiologi dan
patogenesis infeksi gastroenteritis sangat penting. Wabah gastroenteritis masih
sangat tinggi menyerang anak-anak. Gastroenteritis dapat terjadi karena saluran
cerna terinfeksi (virus, bakteri, atau parasit), penyerapan makanan yang tidak
baik atau tertelan makanan yang beracun. Selain dengan mengamati tanda dan
gejala yang terjadi pada pasien, ada beberapa cara yang dilakukan untuk
mendukung diagnosa menjadi lebih akurat, diantaranya yaitu :
1. Pemeriksaan
Fisik
Pada
pasien yang menderita gastroenteritis ada dua data yang perlu diperhatikan,
yaitu :
a.
Data
Subjektif
1)
Nyeri
atau kram pada bagain abdomen, serangan dan lamanya lokasi dan penyebarannya,
karakter dan beratnya, faktor penghilang dan pemberatnya.
2)
Sering
defekasi (BAB) :
warna hijau atau kehijauan, mungkin mengandung darah.
3)
Penurunan
nafsu makan : anoreksia
b.
Data
Objektif
1)
Penurunan
berat badan atau kegagalan untuk meningkatkan berat badan.
2)
Hiperaktif
atau bising usus
3) Deman
4)
Peka
rangsang
5)
Dehidrasi
mata dengan ciri : cekung, turgor kulit buruk, tidak ada air mata saat menangis.
6)
Ketidakseimbangan
elektrolit.
2. Pemeriksaan
Laboratorium
a.
Pemeriksaan
Darah Lengkap
Tes
laboratorium yang paling umum adalah hitung darah lengkap (HDL) atau Complete
Blood Count (CBC). Tes ini, yang juga sering disebut sebagai ‘hematologi’,
yaitu pemeriksaan terhadap jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel
darah putih dan trombosit (platelet). Sel darah putih (leukosit) berfungsi
untuk membantu melawan infeksi dalam tubuh. Hitung Sel Darah Putih (White Blood
Cell
count/WBC) adalah menghitung jumlah total leukosit.
Jika nilai hitung leukosit tinggi dapat diartikan tubuh kita sedang melawan
infeksi. Namun, jika nilai hitung leukosit rendah (leukopenia atau sitopenia)
berarti terdapat masalah dengan sumsum tulang, maka tubuh kurang mampu melawan
infeksi.
Hitung Jenis (differential), yaitu pemeriksaan darah dengan
menghitung lima jenis sel darah putih, yang terdiri atas: neutrofil, limfosit,
monosit, eosinofil dan basofil. Neutrofil berfungsi melawan infeksi
bakteri. Biasa jumlahnya adalah 55-70% dari leukosit. Jika neutrofil rendah
(disebut neutropenia), memungkinkan tubuh lebih mudah terkena infeksi bakteri.
Limfosit ada dua jenis sel
limfosit : sel-T yang menyerang dan membunuh kuman, serta membantu mengatur
sistem kekebalan tubuh; dan sel-B yang membuat antibodi, protein khusus yang
menyerang kuman. Jumlah limfosit umumnya 20-40% dari leukosit. Monosit atau makrofag mencakup 2- 8% dari leukosit. Sel ini melawan
infeksi dengan ‘memakan’ kuman dan memberi tahu sistem kekebalan tubuh mengenai
kuman apa yang ditemukan. Jumlah monosit yang tinggi umumnya menunjukkan adanya
infeksi bakteri. Eosinofil biasanya
1-3% dari leukosit. Sel ini terlibat dengan alergi dan tanggapan terhadap
parasit. Jumlah yang tinggi, terutama jika diare, flatulen atau perut kembung,
mungkin menandai keberadaan parasit. (10)
b.
Pemerikasaan
Feses
Pemeriksaan
feses dilakukan secara makroskopis maupun mikroskopis. Analisa terhadap warna,
konsistensi, dan darah secara makroskopis.
Sedangkan secara mikroskopis meliputi: keberadan amuba, lemak, leukosit,
eritrosit, jamur, telur cacing dan parasit lain. Diagnosis yang pasti dari
penyebab infeksi adalah dengan pemeriksaan mikroskopik dari sampel feses.
Sampel feses yang masih cair dikumpulkan dalam jumlah besar dari 10 orang sakit
selama 48 jam pertama mereka sakit, kemudian patologi virus
dideteksi. Kajian
feses juga dilakukan ketika pasien mengalami diare berdarah atau jika
penyebabnya yang tidak biasa, seperti Escherichia
coli atau Cryptosporidium.
(11)
c.
Pemeriksaan
Urin
Urin dengan berat jenis yang bertambah dan pH <7 -="" 1.006="" 1.030="" 7.="" adalah="" berat="" dan="" dehidrasi.="" j="" jenis="" menunjukkan="" nbsp="" normal="" ph="" span="" terjadinya="" urin="" yang="">Identifikasi organisme Shigella dapat dilakukan dengan kultur urin, karena Shigella dapat keluar bersama urin. 7>
E. PENANGANAN (12)
Urin dengan berat jenis yang bertambah dan pH <7 -="" 1.006="" 1.030="" 7.="" adalah="" berat="" dan="" dehidrasi.="" j="" jenis="" menunjukkan="" nbsp="" normal="" ph="" span="" terjadinya="" urin="" yang="">Identifikasi organisme Shigella dapat dilakukan dengan kultur urin, karena Shigella dapat keluar bersama urin. 7>
E. PENANGANAN (12)
1.
Non Farmakologi
Penanganan penderita gastroenteritis
secara non farmakologi antara lain:
a.
Pemberian Makanan
Makanan
yang diberikan pada penderita gastroenteritis adalah makanan yang mudah dicerna
seperti makanan setengah padat (bubur). Pada bayi dapat diberikan susu (ASI
atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh). Air
susu ibu (ASI) mempunyai khasiat preventif secara imunologi dengan adanya
antibodi dari zat-zat lain yang dikandungnya.
b.
Menjaga kebersihan lingkungan disekitar tempat penderita
c.
Selalu membiasakan untuk mencuci tangan dengan bersih
2.
Farmakologi
Penanganan penderita gastroenteritis
secara farmakologi antara lain:
a.
Pemberian cairan
Pemberian
cairan diberikan secara oral, intragastri dan intravena. Pemberian secara oral
dikhususkan untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila pasien
mau minum serta kesadaran yang baik. Pemberian secara intragastri dikhususkan
untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi tetapi pasien tidak mau
minum atau kesadaran menurun. Pemberian secara intravena dikhususkan untuk
dehidrasi berat. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari tingkat
dehidrasi. Cairan yang diberikan secara oral terdiri dari :
1)
Formula lengkap yang mengandung NaCl, NaHCO3, KCl
dan glukosa dan formula lengkap ini sering disebut oralit.
2)
Formula sederhana (tidak lengkap), dapat dibuat sendiri hanya
mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain) misalnya
larutan garam.
b.
Obat-obatan
Obat
untuk mengobati gastroenteritis biasa tidak diperlukan, kecuali gejala yang
ditimbulkan berat. Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gejala
gastroenteritis dapat diuraikan dibawah ini.
1)
Antidiare
Antidiare
digunakan untuk mengobati gejala diare. Loperamide adalah obat antidiare banyak digunakan untuk mengobati
gastroenteritis. Loperamid memperlambat gerakan isi usus Anda dan juga dapat
meningkatkan penyerapan air dari usus. Sembelit dan pusing adalah dua efek
samping yang umum dari loperamid. Efek samping jarang termasuk: haid, kantuk,
ruam dan kembung. Loperamid tidak cocok untuk orang dengan kolitis (radang usus
besar) atau bagi wanita hamil. Namun, dapat digunakan secara aman saat
menyusui. Jika memiliki suhu tinggi 380C atau diatasnya, atau jika
terdapat darah atau lendir dalam kotoran, tidak harus menggunakan loperamid, atau obat antidiare lain. Dalam hal ini, obat bisa membuat
gejala lebih memburuk. Obat antidiare tidak boleh digunakan oleh anak di bawah
usia 12 tahun, kecuali langsung diperintahkan oleh dokter Anda.
2)
Antiemetik
Obat antiemetik
digunakan untuk membantu mencegah atau mengurangi muntah. Umumnya antiemetik
termasuk stemetil (proklorperazin) dan metoklopramid (yang dapat diberikan
melalui suntikan langsung ke dalam otot maupun secara oral). Metoklopramid
membantu mengendurkan otot-otot yang digunakan selama muntah, sementara pada
saat yang sama mempercepat penyerapan cairan dan makanan dengan sistem
pencernaan.
3)
Antipiretik
Dalam dosis rendah berguna untuk menurunkan panas yang
terjadi akibat dehidrasi maupun panas karena infeksi penyerta.
4)
Antibiotik
Antibiotik
biasanya tidak dianjurkan untuk mengobati gastroenteritis karena kebanyakan
kasus gastroenteritis disebabkan oleh virus dan bahkan jika gastroenteritis
disebabkan oleh bakteri, penelitian menunjukkan bahwa antibiotik sering tidak
lebih efektif daripada menunggu semua gejala timbul dan antibiotik dapat
menyebabkan efek samping yang tidak menyenangkan setiap kali antibiotik
digunakan untuk mengobati kondisi ringan, antibiotik menjadi kurang efektif
untuk mengobati kondisi yang lebih serius. Namun, antibiotik mungkin dianjurkan
jika gastroenteritis sangat berat dan bakteri tertentu telah diidentifikasi
sebagai penyebabnya. Antibiotik juga mungkin dianjurkan jika memiliki
faktor risiko yang membuat pasien lebih rentan terhadap infeksi, seperti sistem
kekebalan tubuh yang lemah. Efek samping dari penggunaan antibiotik untuk mengobati
gastroenteritis meliputi: mual, muntah, diare, sakit perut dan ruam.
Terima kasih informasinya sangat membantu sekali ..
BalasHapusoya kalau boleh nambahkan referensi coba buka website
http://www.tanyadok.com/artikel-konsultasi/leukosit-tinggi-anak-kenapa-dan-berbahayakah-dok