BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dari berbagai studi telah diidentifikasi adanya polifarmasi,
reaksi merugikan, kesalahan obat, ketidaktepatan penggunaan obat,
ketidakpatuhan pasien, kontraindikasi dan lain-lain yang merupakan masalah
utama dalam terapi obat. Studi tersebut menunjukan perlunya pemantauan terapi
obat yang intensif oleh apoteker. Pemantauan terapi obat adalah suatu proses
yang mencakup semua fungsi, diperlukan untuk memastikan terapi obat yang tepat,
aman, berkhasiat dan ekonomis bagi pasien. Fungsi-fungsi tersebut mencakup: 1.
Mengkaji pilihan obat oleh dokter untuk kondisi yang didiagnosis; 2. Mengkaji
pemberian obat; 3. Memastikan dosis yang benar; 4. Mengetahui adanya atau tidak
memadai respon terapinya; 5. Mengkaji kemungkinan reaksi obat merugikan (ROM)
dan 6. Merekomendasikan perubahan atau alternatif dalam terapi jika situasi
tertentu memerlukannya.
Kebanyakan rumah sakit dewasa ini, tidak memiliki
cukup apoteker untuk dapat memantau setiap pasien yang menerima terapi obat.
Untuk itu perlu ditetapkan prioritas pasien dan obat-obatan tertentu. Penetapan
prioritas ini dapat dilakukan dengan seleksi pasien berdasarkan terapi obat yang
didapatkan. Seleksi pasien berdasarkan terapi obat dapat dilakukan dengan memprioritaskan pasien yang menerima obat
dengan resiko tinggi reaksi toksisitas. Misalnya, obat dengan indeks terapi sempit,
zat aktif resiko tinggi seperti antikoagulan, obat kardiovaskular (antiaritmia,
antihipertensi), antibiotika (nefrotoksik), antikonvulsan, dan antineoplastik.
Selain itu juga pasien dengan multi masalah baik kategori lansia maupun anak
dan pasien yang diobati dengan kombinasi terapi yang memmungkin terjadinya interaksi
obat adalah calon untuk pemantauan terapi obat. (1)
Gastroenteritis didefinisikan
sebagai infalamasi membran mukosa lambung dan usus halus. Penyakit ini lebih
sering terjadi pada anak-anak
dan lansia dikarenakan daya tahan tubuh yang lemah dan mudah mengalami
dehidrasi. Gastroenteritis biasanya terjadi pada masyarakat yang berpendidikan
dan berpendapatan rendah, hal ini dikaitkan dengan tingkat pengetahuan dan
perilaku terhadap kesehatan yang kurang. Penyebab utama
gastroenteritis akut adalah virus, bakteri atau toksinnya dan parasit. (2)
Salah
satu pengobatan pada gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri adalah
antibiotik. Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa antibiotik merupakan
salah satu obat yang beresiko tinggi mengalami reaksi toksisitas, oleh karena
itu perlu dilakukan pemantauan terapi obat pada penyakit gastroenteritis. pengumpulan
data dilakukan secara retrospektif, yaitu data yang diambil dari rekam medis pasien gastroenteritis yang sudah tidak
dirawat di rumah sakit.
B. TUJUAN
1.
Melakukan evaluasi
ketepatan diagnosis berdasarkan data klinis pasien
2.
Melakukan evaluasi
ketepatan penggunaan obat pada pasien gastroenteritis
3.
Mengetahui gambaran pengobatan pasien
gastroenteritis rawat inap di rumah sakit.
C.
MANFAAT
Dengan
dilakukannya DTM (Drug Therapy Monitoring), maka apoteker dapat berperan
dalam meningkatkan efektivitas pengobatan dan meminimalkan risiko potensial dari
penggunaan obat, selain itu juga dapat digunakan untuk menentukan rencana pengobatan (therapeutic
plan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar